Warga Harus Manjat Pohon: Desa di Wajo Masih Sulit Akses Internet
Wamanews.id, 24 Oktober 2024 – Di era digital yang semakin maju, kebutuhan akan akses internet telah menjadi hal yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, hal ini belum dirasakan oleh warga di tiga desa di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Warga Desa Abbanuangnge, Desa Sogi, dan Desa Minangatellue hingga saat ini masih mengalami kesulitan untuk terhubung dengan jaringan internet yang memadai.
Sejak tahun 2021, warga ketiga desa ini telah menyuarakan kebutuhan mereka akan infrastruktur telekomunikasi, seperti pembangunan menara Base Transceiver Station (BTS) yang bisa meningkatkan akses internet di wilayah tersebut. Sayangnya, hingga sekarang, permohonan tersebut masih belum mendapatkan tindak lanjut dari pihak terkait, termasuk DPRD Wajo.
Jumardi, seorang tokoh pemuda dari Desa Abbanuangnge, mengungkapkan frustrasinya terhadap lambannya respon dari pihak pemerintah.
“Sampai sekarang permohonan kami untuk bantuan pemasangan tower atau menara BTS belum pernah dibahas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) oleh DPRD Wajo,” ujarnya dengan nada kecewa, Selasa (22/10/24).
Jumardi juga menambahkan bahwa kondisi tanpa internet membuat warga harus melakukan upaya ekstra hanya untuk mendapatkan sinyal.
“Kalau mau mengakses internet, masyarakat harus pergi ke tempat yang lebih tinggi, bahkan memanjat pohon atau keluar desa untuk mencari sinyal,” katanya. Aktivitas yang seharusnya sederhana, seperti mencari informasi atau mengakses layanan publik, menjadi tantangan besar bagi masyarakat di tiga desa tersebut.
Lebih jauh, ia menekankan betapa pentingnya internet di era digital saat ini. Banyak layanan pemerintah dan sektor pendidikan, terutama sejak pandemi COVID-19, yang telah beralih ke platform daring. Hal ini membuat akses internet bukan hanya menjadi kebutuhan, tetapi hak dasar yang harus dipenuhi. “Ini adalah hambatan besar bagi warga di tiga desa tersebut. Kami sangat berharap agar DPRD dapat menjembatani keluhan ini,” tambah Jumardi.
Masalah ini ternyata juga mendapat perhatian dari pihak Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfotik) Kabupaten Wajo. Dwi Apriyanto, Kepala Diskominfotik Wajo, mengakui bahwa permintaan pembangunan menara BTS dari warga Kecamatan Maniangpajo telah diterima oleh pemerintah kabupaten. Dwi menyebutkan bahwa usulan tersebut sudah disampaikan kepada Sekretaris Kabupaten Wajo, Armayani, dan bahkan sudah diteruskan ke Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di tingkat nasional.
“Iya, benar. Kami sudah mengajukan usulan ke Kementerian Kominfo terkait beberapa daerah yang masih blank spot, tapi sampai sekarang belum ada realisasi,” jelas Dwi Apriyanto. Dia juga menambahkan bahwa proses pengajuan bantuan untuk pembangunan infrastruktur telekomunikasi ini sudah dilakukan secara online, sesuai dengan sistem yang berlaku di tahun ini.
Meski demikian, belum ada kepastian mengenai kapan proyek ini akan direalisasikan. “Kami sudah mengusulkan kembali tahun ini, tetapi belum ada jawaban konkret dari pihak Kementerian Kominfo,” ungkap Dwi. Ia berharap pemerintah pusat bisa segera merespon kebutuhan masyarakat di wilayah yang masih sulit dijangkau internet tersebut.
Kondisi “blank spot” atau daerah yang tidak terjangkau sinyal internet, seperti yang dialami oleh warga di Kecamatan Maniangpajo, merupakan salah satu tantangan yang dihadapi banyak daerah di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah terpencil. Akses internet yang tidak merata bisa menghambat perkembangan ekonomi, pendidikan, dan layanan publik. Oleh karena itu, warga Desa Abbanuangnge, Sogi, dan Minangatellue berharap agar pemerintah pusat maupun daerah dapat segera mengatasi permasalahan ini.
Situasi ini semakin menegaskan perlunya perhatian serius dari pihak legislatif dan eksekutif untuk memastikan keadilan digital bagi seluruh masyarakat, tanpa terkecuali. Di saat banyak daerah di Indonesia sudah merasakan kemudahan teknologi, masih ada warga yang harus berjuang keras hanya untuk bisa terhubung dengan dunia luar.
Dengan semakin pentingnya akses internet untuk berbagai aspek kehidupan, dari pendidikan hingga pelayanan kesehatan, warga di tiga desa tersebut berharap agar pemerintah tidak lagi menunda realisasi infrastruktur telekomunikasi di daerah mereka.
Penulis: Nada Gamara
Editor: Ardan