Orang Sehat Tiba-Tiba Meninggal Mendadak. Ini Penyebabnya!
Wamanews.id, 6 Oktober 2024 – Kematian mendadak pada seseorang yang tampaknya sehat, bugar, dan tidak memiliki riwayat masalah kesehatan selalu menjadi kejutan yang mengundang banyak pertanyaan. Meskipun kematian merupakan fenomena yang dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang kondisi fisik, ternyata ada sejumlah penyebab medis di balik fenomena ini.
Penelitian dan data medis menunjukkan bahwa kondisi kardiovaskular adalah salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian mendadak, terutama pada orang dewasa yang terlihat sehat.
Mengutip laporan dari Channel News Asia, seorang konsultan senior di Departemen Kardiologi di National University Heart Centre Singapore (NUHCS), Prof. Tan Huay Cheem, menjelaskan bahwa penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama dari banyak kasus kematian mendadak. Kondisi ini tidak memandang usia, meskipun faktor usia turut memengaruhi jenis masalah kardiovaskular yang dapat terjadi.
Menurut Prof. Tan, risiko kematian mendadak pada orang yang berusia di atas 30 tahun seringkali disebabkan oleh berbagai masalah kardiovaskular. Di antara penyebab umum adalah serangan jantung, peradangan otot jantung, stroke, dan diseksi aorta—sebuah kondisi di mana terjadi robekan pada lapisan dalam pembuluh darah utama tubuh (aorta). Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan internal yang serius dan berpotensi fatal.
Bagi mereka yang berusia di bawah 30 tahun, risiko kematian mendadak sering kali terkait dengan kelainan pada jantung yang mungkin tidak terdeteksi sebelumnya. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada kelompok usia ini adalah kardiomiopati hipertrofi, yaitu penebalan abnormal pada otot jantung; anomali koroner kongenital, yaitu kelainan pembuluh darah jantung sejak lahir; serta miokarditis atau aritmia, yang merupakan gangguan pada ritme detak jantung.
“Pada orang muda, kematian mendadak lebih jarang terjadi dibandingkan pada mereka yang berusia lebih tua. Namun, ketika terjadi, penyebabnya seringkali adalah kelainan bawaan atau masalah struktural pada jantung yang tidak terdiagnosis sebelumnya,” ujar Prof. Tan, sebagaimana dikutip pada Rabu (2/10/2024).
Menurut Prof. Tan, pria dua kali lebih mungkin mengalami henti jantung di luar rumah sakit (OHCA) dibandingkan wanita. Dalam kasus OHCA, jantung tiba-tiba berhenti berdetak, sehingga memerlukan tindakan medis segera untuk menyelamatkan nyawa. Sebagian besar kasus OHCA berujung pada kematian, terutama jika tidak ada intervensi darurat seperti resusitasi jantung paru (CPR) atau defibrilasi dalam beberapa menit pertama setelah henti jantung terjadi.
Laporan dari Yayasan Jantung Singapura pada tahun 2019 menunjukkan bahwa sebanyak 36,2 persen dari kasus kematian mendadak di negara tersebut terjadi pada orang-orang yang berusia di atas 65 tahun. Usia lanjut, ditambah dengan kondisi kesehatan yang rentan, meningkatkan risiko henti jantung mendadak.
Prof. Tan juga menekankan bahwa risiko kematian mendadak pada orang muda masih tergolong rendah dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua. Meski demikian, masyarakat tetap perlu waspada terhadap kondisi-kondisi medis yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Selain masalah kardiovaskular, aneurisma juga merupakan salah satu penyebab umum kematian mendadak yang sering kali tidak terdeteksi. Aneurisma adalah kondisi di mana terjadi pelebaran pada dinding pembuluh darah arteri.
Pelebaran ini dapat melemahkan dinding pembuluh darah dan berpotensi menyebabkan pecahnya pembuluh darah, yang dapat berujung pada perdarahan internal yang fatal.
Dr. Rajesh Dharmaraj, Kepala Divisi Bedah Vaskular di NUHCS, menjelaskan bahwa aneurisma sering terjadi pada pembuluh darah arteri yang besar dan biasanya dialami oleh lansia yang memiliki faktor risiko seperti merokok dan hipertensi. “Dinding arteri menjadi lemah dan membengkak seiring waktu sampai akhirnya pecah, yang menyebabkan pendarahan internal yang bisa berujung pada kematian mendadak,” jelas Dr. Rajesh.
Pecahnya aneurisma umumnya tidak memberikan gejala yang signifikan sebelum kejadian, sehingga sangat sulit untuk dideteksi tanpa pemeriksaan medis yang mendalam. Ini menjadi alasan mengapa kematian mendadak bisa terjadi pada orang yang tampak sehat, karena masalah kesehatan yang serius ini sering kali berkembang secara diam-diam.
Mengacu pada data OHCA, setiap tahunnya di Singapura terdapat lebih dari tiga ribu orang yang mengalami henti jantung mendadak. Kondisi ini tidak hanya menimpa mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung, tetapi juga mereka yang terlihat sehat dan bugar. Ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan jantung tidak selalu memberikan tanda-tanda yang jelas sebelum terjadinya kondisi fatal seperti henti jantung atau pecahnya aneurisma.
Untuk mengurangi risiko kematian mendadak, para ahli kesehatan merekomendasikan pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, atau riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Kematian mendadak yang terkait dengan masalah jantung dan aneurisma mungkin sulit dihindari sepenuhnya, tetapi ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risikonya. Pemeriksaan kesehatan jantung secara berkala dapat membantu mendeteksi masalah kesehatan jantung sejak dini, sehingga tindakan medis dapat diambil sebelum kondisi tersebut memburuk.
Selain itu, gaya hidup sehat seperti menjaga pola makan seimbang, berolahraga secara teratur, dan menghindari kebiasaan merokok juga berperan penting dalam menjaga kesehatan jantung dan mencegah kondisi-kondisi yang dapat memicu kematian mendadak.
Kematian mendadak pada orang yang tampaknya sehat adalah pengingat bahwa kesehatan jantung merupakan hal yang sangat penting untuk dijaga, bahkan pada mereka yang terlihat bugar dan aktif. Kesadaran akan risiko kesehatan jantung dan aneurisma, serta pentingnya pemeriksaan kesehatan secara teratur, dapat membantu menyelamatkan banyak nyawa dari kondisi-kondisi yang sering kali datang tanpa peringatan ini.
Penulis: Nada Gamara
Editor: Ardan