Fenomena FoMO di Era Digital: Dampak Buruk dan Cara Mengatasinya

Di era digital yang serba terkoneksi ini, “Fear of Missing Out” (FoMO) atau ketakutan ketinggalan informasi telah menjadi fenomena umum di kalangan pengguna media sosial, terutama di kalangan generasi muda, seperti mahasiswa. Namun, apa sebenarnya FoMO itu, dan apa dampaknya bagi penggunanya?
FoMO adalah efek samping negatif dari penggunaan media sosial yang berlebihan. Meskipun menawarkan berbagai kemudahan dalam berinteraksi dan berbagi informasi, penggunaan media sosial yang tidak terkontrol dapat menimbulkan dampak yang merugikan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati Latief, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, membahas secara mendalam dampak FoMO terhadap mental dan perilaku pengguna, khususnya di kalangan generasi Z.
Dampak Negatif FoMO
Dalam penelitiannya, Latief mengidentifikasi sebelas dampak negatif yang sering terjadi akibat FoMO, antara lain:
- Kelelahan Media Sosial: Pengguna merasa lelah akibat terus-menerus terpapar konten tanpa henti, menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran tentang privasi.
- Kesejahteraan Psikologis Menurun: Semakin tinggi tingkat FoMO, semakin rendah kesejahteraan psikologis individu, mengarah pada perasaan tidak bahagia dan cemas.
- Adiksi Media Sosial: FoMO berkorelasi dengan kecanduan media sosial dan ketakutan akan kehilangan eksistensi dalam kelompok sosial.
- Perilaku Konsumtif dan Hedonisme: Pengguna FoMO cenderung lebih konsumtif dan terjebak dalam gaya hidup hedonis, membeli barang berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan.
- Phubbing dan Nomophobia: FoMO meningkatkan perilaku phubbing (mengabaikan orang di sekitar karena sibuk dengan ponsel) dan nomophobia (ketakutan tanpa ponsel).
- Kinerja Akademik Rendah: Mahasiswa yang terpengaruh FoMO cenderung memiliki kinerja akademik rendah karena lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial.
- Interaksi Sosial Menurun: Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam momen sosial menyebabkan penurunan keterampilan sosial dan peningkatan frustrasi.
- Penguntitan dan Perbandingan Sosial: FoMO mendorong penguntitan online dan perbandingan sosial yang dapat merusak kesejahteraan mental individu.
- Kesehatan Keuangan Buruk: Keputusan finansial impulsif akibat ingin mengikuti tren bisa menyebabkan masalah keuangan serius.
- Kesejahteraan Subjektif Menurun: Hubungan negatif antara FoMO dan kesejahteraan subjektif semakin memperburuk kondisi mental individu.
- Penggunaan Internet yang Berisiko: Penggunaan internet berlebihan dan berisiko akibat FoMO dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Menurut Rahmawati Latief, penggunaan media sosial lebih dari tiga jam per hari dapat digolongkan sebagai perilaku FoMO. “Jika media sosial tidak bisa dikendalikan, dampak FoMO akan semakin terasa. Pengguna mulai kehilangan batasan antara area privasi dan hal-hal yang harus dipublikasikan,” ungkapnya.
Cara Menghindari Dampak Negatif FoMO
Untuk mengurangi dampak negatif FoMO, Latief menyarankan beberapa langkah berikut:
- Digital Detox: Kurangi penggunaan media sosial dan hanya akses informasi yang benar-benar relevan dengan kebutuhan.
- Kontrol Diri: Kelola waktu online dengan baik agar tidak terjebak dalam kecemasan digital.
- Bijak dalam Menggunakan Teknologi: Hindari perilaku narsisme berlebihan di media sosial.
- Sadari Dua Sisi Media Sosial: Internet memiliki dua sisi, yaitu memberikan kemudahan tetapi juga bisa membebani mental jika digunakan secara tidak bijak.
Kesadaran akan bahaya FoMO sangat penting agar pengguna media sosial bisa lebih bijak dalam berinteraksi secara online. Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan teknologi tanpa harus terjebak dalam kecemasan akibat ketidakmampuan mengikuti tren digital.







