Pendaki Bisa Tewas Seketika! Begini Cara Cepat Atasi Hipotermia di Gunung

Wamanews.id, 28 Juni 2025 – Kasus kematian pendaki gunung kembali menyita perhatian publik. Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah pendaki dari dalam maupun luar negeri meninggal dunia saat melakukan aktivitas pendakian, dan salah satu penyebab paling mematikan adalah hipotermia.
Terbaru, seorang pendaki asal Brasil, Juliana Marins, ditemukan tewas di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Dari hasil autopsi, Juliana mengalami luka parah akibat benturan keras setelah terjatuh. Namun, sebelum kejadian itu, ia diduga telah mengalami kondisi tubuh melemah akibat cuaca ekstrem.
Sebelumnya, dua pendaki asal Indonesia, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, juga meregang nyawa saat mendaki Puncak Cartenz (Carstensz Pyramid), Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Keduanya diduga meninggal dunia karena hipotermia, kondisi di mana suhu tubuh menurun drastis akibat cuaca ekstrem dan kurangnya perlindungan yang memadai di ketinggian.
Hipotermia terjadi ketika suhu tubuh seseorang turun di bawah 35 derajat Celsius. Dalam kondisi ini, tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuan tubuh untuk memproduksinya. Akibatnya, organ-organ penting seperti jantung, otak, dan paru-paru mulai terganggu. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat berujung pada kematian.
Pendaki gunung menjadi kelompok yang paling rentan terhadap hipotermia. Udara dingin ekstrem, pakaian yang tidak sesuai, serta kurangnya perlengkapan penghangat seperti jaket thermal, sleeping bag, atau tenda yang memadai, memperbesar risiko hipotermia menyerang di tengah pendakian.
Melansir laman kesehatan SehatQ, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama jika mendapati seseorang mengalami hipotermia saat mendaki:
- Segera Pindahkan ke Tempat yang Lebih Hangat
Usahakan penderita dibawa ke tempat tertutup seperti tenda atau gua, dan jauhkan dari angin serta udara terbuka. - Lepaskan Pakaian Basah
Pakaian basah justru menyerap panas tubuh. Gantilah dengan pakaian kering dan hangat secepat mungkin. - Berikan Selimut atau Sleeping Bag
Bungkus tubuh penderita dengan selimut tebal atau sleeping bag. Bila memungkinkan, gunakan heat pad atau botol berisi air hangat yang dibungkus kain dan letakkan di area dada dan leher. - Berikan Minuman Hangat
Jika korban masih sadar dan bisa menelan, berikan minuman hangat seperti teh manis. Hindari minuman berkafein atau beralkohol karena bisa memperparah kondisi. - Gunakan Teknik “Body to Body”
Jika alat bantu minim, pelukan langsung dari tubuh ke tubuh (dengan kulit bersentuhan) bisa membantu mentransfer panas tubuh. - Amati Tanda-Tanda Perbaikan
Jika penderita mulai berhenti menggigil dan bisa tersenyum, itu pertanda pemulihan. Namun jika berhenti menggigil tanpa ekspresi atau tampak lebih lemas, justru menandakan kondisi makin memburuk.
Kasus kematian akibat hipotermia mestinya menjadi pelajaran berharga bagi para pendaki. Sebelum mendaki, pastikan selalu memantau cuaca, membawa perlengkapan yang sesuai, dan memahami risiko-risiko yang bisa saja muncul. Kesadaran dan persiapan adalah kunci utama untuk selamat dari serangan hipotermia.
Jangan pernah meremehkan kondisi tubuh saat berada di ketinggian. Cuaca bisa berubah dalam hitungan menit, dan ketahanan tubuh pun bisa menurun drastis. Tetap waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan saat menjelajahi keindahan alam dari puncak tertinggi Indonesia.






