Studi Terbaru: Gen Z Sulit Dapat Kerja Karena Manja dan Tidak Siap Hadapi Tekanan!

Wamanews.id, 20 Oktober 2024 – Generasi Z, atau yang lebih dikenal sebagai Gen Z, menghadapi tantangan besar dalam dunia kerja. Kondisi ekonomi global yang sedang memburuk semakin memperkeruh situasi, membuat pasar tenaga kerja semakin sulit diakses, terutama bagi generasi yang baru saja memasuki dunia kerja ini.
Menurut laporan terbaru dari Intelligent, platform yang fokus pada pendidikan dan karier, Gen Z mengalami hambatan signifikan dalam mendapatkan pekerjaan.
Melansir dari Euro News, banyak dari lulusan baru Gen Z yang sulit menemukan pekerjaan. Mereka bahkan menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan lingkungan kerja yang semakin kompetitif. Menurut survei yang dilakukan oleh Intelligent, hampir 1.000 manajer perekrutan memberikan pandangan mereka mengenai alasan utama mengapa banyak perusahaan enggan merekrut anggota Gen Z.
Dalam laporan tersebut, terungkap bahwa satu dari enam perusahaan enggan mempekerjakan pekerja dari generasi ini. Beberapa alasan yang sering dikemukakan oleh manajer perekrutan adalah terkait persepsi negatif terhadap etos kerja dan keterampilan interpersonal Gen Z. Mereka dianggap memiliki reputasi merasa lebih hebat dibandingkan kenyataannya, serta mudah tersinggung ketika diberikan kritik atau umpan balik.
Selain itu, Gen Z juga dinilai belum memiliki kesiapan yang cukup untuk menghadapi tuntutan dunia kerja profesional. Generasi ini dianggap kurang memiliki etos kerja yang kuat, kesulitan dalam komunikasi, dan tidak mampu menangani umpan balik dengan baik. Semua ini membuat perusahaan ragu untuk memberikan kesempatan kerja bagi mereka, meskipun secara teknis mereka memiliki kualifikasi akademis yang memadai.
Salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi kesiapan Gen Z dalam dunia kerja adalah prioritas mereka selama di bangku kuliah. Holly Schroth, dosen senior di Haas School of Business di University of California, Berkeley, menjelaskan bahwa banyak anggota Gen Z lebih fokus pada kegiatan ekstrakurikuler selama di kampus. Mereka cenderung menekankan kegiatan ini untuk memperkuat daya saing mereka saat mencari pekerjaan daripada mendapatkan pengalaman kerja yang relevan.
Kegiatan ekstrakurikuler seperti organisasi kampus, kegiatan sosial, atau kepemimpinan, memang dapat memberikan keterampilan tertentu yang berguna dalam dunia kerja. Namun, fokus yang berlebihan pada kegiatan ini tanpa diimbangi dengan pengalaman kerja yang konkret sering kali menjadi bumerang bagi Gen Z saat terjun ke dunia profesional.
Schroth juga menekankan bahwa salah satu masalah utama yang dihadapi Gen Z adalah kurangnya keterampilan dasar dalam berinteraksi dengan pelanggan, klien, maupun rekan kerja. Selain itu, mereka juga kurang memahami etika kerja yang diperlukan di lingkungan profesional.
“Mereka (Gen Z) tidak mengetahui keterampilan dasar untuk berinteraksi sosial dengan pelanggan, klien, dan rekan kerja, maupun etika di tempat kerja,” ujar Schroth dalam wawancara dengan Euronews Next.
Ketidaksiapan Gen Z dalam menghadapi dunia kerja juga berkaitan dengan cara mereka menangani stres dan tuntutan pekerjaan. Dalam survei yang sama, banyak manajer perekrutan mencatat bahwa generasi ini cenderung tidak siap menghadapi tekanan kerja. Mereka lebih rentan merasa terbebani ketika diberikan tanggung jawab besar dan lebih sering merasa frustasi saat menghadapi situasi yang tidak sesuai harapan.
Selain itu, kesulitan dalam berkomunikasi juga menjadi salah satu hal yang dikeluhkan oleh perusahaan. Meskipun Gen Z tumbuh dalam era digital dan sangat fasih dalam menggunakan teknologi, keterampilan komunikasi verbal dan interpersonal mereka dinilai kurang memadai. Hal ini menjadi hambatan besar di dunia kerja yang masih sangat bergantung pada kemampuan berinteraksi dengan orang lain, baik di dalam perusahaan maupun dengan pihak eksternal.
Meskipun laporan tersebut mengungkap berbagai tantangan yang dihadapi oleh Gen Z dalam dunia kerja, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini. Pertama, penting bagi Gen Z untuk mendapatkan lebih banyak pengalaman kerja selama masa kuliah. Magang atau pekerjaan paruh waktu yang relevan dapat memberikan wawasan praktis tentang dunia kerja yang tidak bisa diperoleh hanya melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Selain itu, mengasah keterampilan komunikasi interpersonal dan etika kerja juga sangat penting. Gen Z perlu belajar untuk menerima kritik dengan baik, mengembangkan kemampuan untuk bekerja dalam tim, serta meningkatkan ketahanan mental untuk menghadapi tekanan kerja.
Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, kombinasi antara keterampilan teknis, pengalaman praktis, dan sikap yang profesional menjadi kunci keberhasilan. Dengan mempersiapkan diri lebih baik, Gen Z bisa menjawab tantangan yang ada dan membuktikan diri sebagai generasi yang siap berkontribusi dalam dunia kerja.
Tantangan yang dihadapi Gen Z dalam mencari pekerjaan tidak hanya disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang sulit, tetapi juga oleh persepsi perusahaan terhadap kesiapan mereka dalam dunia kerja. Fokus yang lebih besar pada pengalaman kerja dan keterampilan interpersonal dapat membantu mereka mengatasi hambatan ini dan meningkatkan peluang untuk sukses di masa depan.
Penulis: Nada Gamara
Editor: Ardan