Aktifkan notifikasi untuk dapat update setiap hari!

Wajo

Sengkang Perlu Wajah Baru: Saatnya Membangun Kota Berkelanjutan

Wamanews.id, 26 Juli 2025 – Kota Sengkang merupakan ibu kota Kabupaten Wajo, menjadi jantung aktivitas pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan kehidupan sosial berdetak setiap harinya. Tapi kita melihat realita saat ini, pertumbuhan kota sengkang tidak dibarengi arah tata kota yang jelas dan sustainable.

Dikutip dari https://tempe.wajokab.go.id/statistik/kependuduka, Kecamatan Tempe dalam hal ini Kota Sengkang tahun 2025, Kota Sengkang berpenduduk 64,091 jiwa yang terbagi Laki-laki 30,904 jiwa dan perempuan 33,187 jiwa. 

Pandangan struktur keruangan kota dan dinilai secara numerik, Prof. Enok Maryani, membagi tingkat pertumbuhan kota yakni Town dengan 1.000-2.500 jiwa, Small City 2.500-25.000 jiwa, Medium City 25.000-200.000 jiwa, large city 100.000-800.000 jiwa, metropolis 5.000.000-10.000.000 jiwa, dan Ecumenopolis diatas 10 juta jiwa.

Dilihat dari uraian yang pemaparan Prof. Enok Maryani dapat disimpulkan bahwa kota sengkang masuk dalam kategori medium city dengan jumlah penduduk 64,091 Jiwa. Sengkang merupakan kota yang tumbuh tapi tidak dibarengi dengan tata kota yang rapi.

Masalah tata kota yang terjadi di Sengkang yakni kemacetan di pusat kota Sengkang, terutama di kawasan pasar sentral sengkang dan beberapa titik di kota sengkang. Kondisi jalan yang padat, kendaraan yang parkir sembarangan, dan kurangnya jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki. 

Dilansir dari pedoman media Dishub Wajo salah satu pemicu kemacetan karena adanya kendaraan yang parkir sembarangan. Kurangnya trotoar untuk pejalan kaki menambah kompleksnya masalah tata kota yang  membuat wajah kota sengkang seakan hanya berpihak kepada kendaraan bermotor.

Selain masalah infrastruktur kota Sengkang, volume kendaraan yang besar di kota sengkang tidak di imbangi dengan luasnya jalan dan tempat parkir.

Saat musim hujan kota Sengkang mengalami banjir di berbagai titik terutama di kawasan pasar sentral dan kawasan yang dekat dengan danau tempe.

Masalah banjir di kota Sengkang bukanlah masalah kemarin sore, tapi masalah yang sudah ada dari dulu, salah satunya timbulnya banjir karena drainase yang tidak bisa menampung air dengan baik dan meluapnya air sungai dan danau.

Lebih mendasar pada persoalan tersebut tidak adanya visi jangka panjang dalam membangun kota sengkang, lalu yang menjadi pertanyaan apakah kita telah memiliki blueprint pembangunan kota masa depan yang sustainable ? 

Pembangunan kota Sengkang yang berkelanjutan dapat berkaca dari Kota Chongqing di negara China dan pembangunan delta works (bendungan penghalang air) dan perluasan sungai di negara Belanda. 

Melihat geografi Kota Chongqing dan Kota Sengkang hampir mirip, dengan keadaan medan yang berbukit serta diapit oleh sungai, dengan tata kota yang baik di Chongqing kota tersebut menjadi salah satu kota terbaik, bahkan Chongqing dikenal sebagai kota pegunungan dan kota di atas sungai. Turis yang datang kesana menyebut Chongqing sebagai kota cyberpunk karena tata kota baik, infrastruktur yang luar biasa, dan dihiasi lampu neon pada malam hari menjadi pelengkap keindahan kota Chongqing.

Belanda tahun 1953 terjadi banjir menewaskan 1800 orang, dan di tahun 1990 ada 200.000 warga belanda mengungsi akibat meluapnya air di sungai Rhein dan sungai Meuse, tentu pemerintah Belanda tidak tinggal diam, mereka melakukan perencanan pembangunan proyek bendungan dan perluasan sungai untuk mencegah kembalinya terjadinya banjir.

Membangun kota sengkang bukan hanya urusan proyek fisik, melainkan kerja bersama dan untuk membangun kota masa depan.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan dalam menanggulangi masalah kemacetan dan keterbatasan lahan parkir di kota Sengkang yakni dengan membangun lahan parkir vertikal. Sebuah sistem parkir dengan efisiensi ruang, penataan parkir yang lebih baik demi mengurangi kemacetan dan parkir sembarangan di jalan raya, sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah.

Selain itu karena sempitnya jalan dan keterbatasan lahan di kota Sengkang, solusi untuk pembangunan jalan, pemerintah bisa membangun jalan layang agar dapat mengimbangi volume kendaraan yang makin hari makin bertambah di kota Sengkang.

Selain jalan layang bisa di bangun untuk kendaraan, tentunya tidak kalah pentingnya pembangunan trotoar dan jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki, untuk menunjang akses menyebrang dari titik satu ke titik yang lain, dan memberi rasa aman kepada pejalan kaki.

Mengatasi banjir setiap musim hujan di kota Sengkang baiknya membangun drainase air yang besar, membuat resapan air, dan membangun tanggul di sekitar danau tempe untuk mencegah air masuk ke pemukiman masyarakat.

Membangun kota Sengkang yang aman, sehat, layak huni, dan berkelanjutan dengan membangun infrastruktur yang memadai, seperti jalan layang, jembatan penyebrangan, drainase air yang besar, membuat resapan air, dan tanggul. 

Membangun kota masa depan perlu visi yang besar, tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, pusat pendidikan, dan pusat perdagangan, tapi membangun kota berkelanjutan yang memberi rasa bangga dan kenyamanan untuk masyarakat, Sengkang butuh wajah baru pembangunan yang berkelanjutan, tumbuh, dan tertata rapi untuk hari ini dan masa mendatang.

Pembangunan kota Sengkang yang telah berada di level medium city bukan hanya tugas Pemerintah Kabupaten Wajo melainkan tugas bersama seluruh elemen masyarakat mulai dari pengusaha, pemuda pemudi, pekerja kantoran. dan masyarakat biasa, entah dia tua atau muda bersama-sama membangun dengan semangat kolaborasi.

Penulis: Andi Bau Sunarto 

Catatan: Tulisan ini adalah bentuk kepedulian penulis terhadap penataan kota dan ruang hidup yang lebih manusiawi di Wajo. Kritik bukan untuk menjatuhkan tapi kritik adalah bentuk cinta dan kepedulian terhadap Kabupaten Wajo.

Penulis

Related Articles

Back to top button