Orang Indonesia Punya Skor IQ Terendah di ASEAN
Wamanews.id, 27 September 2024 – Prestasi pendidikan Indonesia terus menjadi sorotan. Dalam sebuah diskusi yang digelar di Hotel Kempinski, Jakarta, Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Burhanuddin Abdullah, mengungkapkan fakta mengejutkan: Indonesia memiliki skor IQ rata-rata terendah di antara negara-negara ASEAN.
Data dari Program for International Student Assessment (PISA) juga menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat 70 dari 77 negara yang berpartisipasi. Hasil ini tentu menjadi alarm bagi seluruh pemangku kepentingan untuk segera mengambil tindakan konkret dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Air.
“Kondisi ini sangat memprihatinkan. Kita harus mengakui bahwa prestasi pendidikan kita masih jauh dari harapan,” ujar Burhanuddin.
Selain rendahnya IQ, Indonesia juga dihadapkan pada masalah stunting yang semakin mengkhawatirkan. Stunting, kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, tidak hanya berdampak pada fisik anak, tetapi juga mengganggu perkembangan otak dan kecerdasan.
“Stunting adalah masalah kompleks yang berakar pada berbagai faktor, termasuk kemiskinan, akses terbatas terhadap makanan bergizi, dan sanitasi yang buruk,” jelas Burhanuddin.
Menanggapi kondisi tersebut, pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka telah merumuskan sejumlah strategi untuk mengatasi masalah pendidikan dan stunting. Salah satu program unggulan yang akan mereka jalankan adalah pemberian makanan bergizi gratis.
“Kami berkomitmen untuk memberikan makanan bergizi gratis kepada sekitar 80 juta anak sekolah, anak pesantren, balita, ibu hamil, dan masyarakat rentan lainnya,” tegas Burhanuddin.
Program ini diharapkan dapat meningkatkan status gizi anak Indonesia, sehingga dapat memaksimalkan potensi intelektual mereka. Selain itu, Prabowo-Gibran juga akan fokus pada perbaikan kualitas pendidikan di semua jenjang, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
Rendahnya IQ anak Indonesia dan tingginya angka stunting merupakan permasalahan multidimensi yang membutuhkan solusi komprehensif. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kondisi ini antara lain:
- Kualitas guru yang belum merata: Distribusi guru yang berkualitas belum merata di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah terpencil.
- Kurangnya fasilitas belajar yang memadai: Banyak sekolah di Indonesia yang masih kekurangan fasilitas belajar seperti perpustakaan, laboratorium, dan sarana teknologi informasi.
- Kurangnya perhatian terhadap pendidikan karakter: Selain kecerdasan intelektual, pendidikan karakter juga sangat penting untuk membentuk generasi muda yang berkualitas.
- Kemiskinan: Kemiskinan menyebabkan banyak anak tidak dapat mengakses pendidikan yang layak dan makanan bergizi.
Krisis pendidikan di Indonesia merupakan tantangan besar yang harus diatasi bersama. Pemerintah, masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan harus bersinergi dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan mengatasi masalah stunting. Program-program yang dicanangkan oleh Prabowo-Gibran merupakan langkah awal yang baik, namun keberhasilannya sangat bergantung pada komitmen dan kerja keras semua pihak.
Penulis: Nada Gamara
Editor: Ardan