Aktifkan notifikasi untuk dapat update setiap hari!

Nasional

Biden Peringatkan Iran: Jangan Serang Israel!

Wamanews.id, 11 Agustus 2024 – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, kembali memberikan peringatan keras kepada Iran terkait potensi serangan terhadap Israel di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Peringatan ini datang setelah sejumlah peristiwa yang memperburuk hubungan antara negara-negara di wilayah tersebut.

Pada Sabtu, Biden menanggapi pertanyaan dari wartawan mengenai pesannya kepada Iran. “Jangan,” kata Biden dengan tegas.

Ini bukan pertama kalinya Biden mengeluarkan peringatan semacam itu. Pada April lalu, Biden juga menyampaikan pesan serupa sebelum Iran melancarkan serangan roket dan pesawat nirawak ke arah Israel.

Serangan tersebut terjadi sebagai balasan atas serangan udara Israel pada 1 April yang menargetkan fasilitas diplomatik Iran di Damaskus, ibu kota Suriah. Serangan ini mengakibatkan tewasnya setidaknya tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran, termasuk dua jenderal tinggi.

Ketegangan semakin memuncak setelah pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, pada 31 Juli di Teheran, ibu kota Iran.

Selain itu, Israel juga dituduh berada di balik pembunuhan komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut. Iran dan Hamas dengan tegas menuduh Israel bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh, meskipun hingga saat ini, Tel Aviv belum memberikan konfirmasi atau bantahan resmi terkait keterlibatannya.

Dalam laporan yang dirilis oleh Washington Post pada 7 Agustus 2024, disebutkan bahwa Israel telah memberi tahu pemerintah Amerika Serikat bahwa mereka berada di balik pembunuhan Ismail Haniyeh.

Meskipun Israel menolak berkomentar secara resmi tentang kejadian tersebut, Washington Post melaporkan bahwa Israel segera memberi tahu pejabat AS tentang keterlibatannya. Laporan ini didasarkan pada informasi dari tiga sumber yang mengetahui seluk-beluk Gedung Putih, namun identitas mereka tidak disebutkan.

Pemerintah Iran, yang sangat marah atas kejadian ini, bersumpah akan memberikan “hukuman keras” kepada Israel atas pembunuhan Haniyeh di tanah Iran.

Sementara itu, Hizbullah, kelompok bersenjata yang berbasis di Lebanon dan didukung oleh Iran, juga diperkirakan akan membalas dendam setelah Israel membunuh komandan mereka, Fuad Shukr, dalam serangan udara di pinggiran selatan Beirut pada 30 Juli.

Di tengah ketegangan yang memuncak ini, upaya diplomatik dari Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir untuk mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas tampaknya belum membuahkan hasil. Selama berbulan-bulan, ketiga negara ini telah berusaha memfasilitasi pertukaran tahanan dan mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Namun, hingga kini, upaya tersebut belum berhasil mengakhiri konflik yang berkepanjangan.

Sebelumnya, pada bulan November, sempat terjadi gencatan senjata singkat yang menghasilkan pertukaran sejumlah tahanan dan sandera antara Israel dan Hamas. Namun, eskalasi kekerasan kembali terjadi setelah serangan Israel terhadap Jalur Gaza, yang dilaporkan telah menewaskan hampir 39.800 warga Palestina.

Serangan ini dilakukan setelah serangan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.139 warga Israel.

Ketegangan di Timur Tengah yang terus meningkat menimbulkan kekhawatiran internasional akan potensi terjadinya konflik yang lebih luas. Amerika Serikat, sebagai salah satu sekutu utama Israel, tampaknya berusaha keras untuk mencegah Iran dari melancarkan serangan balasan, yang dapat memicu perang besar di kawasan tersebut.

Peringatan tegas Biden kepada Iran menunjukkan bahwa AS tidak akan tinggal diam jika Israel diserang, dan berpotensi memobilisasi dukungan internasional untuk mempertahankan sekutu utamanya di Timur Tengah.

Related Articles

Back to top button