Gibran Dinilai Blunder, Pertemuan dengan Ojol di Istana Dituding Rekayasa dan Penuh Kepalsuan

Wamanews.id, 2 September 2025 – Niat Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk meredakan ketegangan pasca-gelombang demonstrasi besar justru berbalik menjadi bumerang. Pertemuan yang ia gelar dengan delapan orang yang diklaim sebagai perwakilan pengemudi ojek online (ojol) di Istana pada Minggu (31/8/2025) lalu, kini justru memicu polemik baru. Publik menuding pertemuan tersebut penuh rekayasa dan hanya sebatas pencitraan, sebuah langkah yang dinilai blunder besar bagi Gibran.
Kecurigaan ini tidak muncul tanpa dasar. Hasil penelusuran di berbagai platform media sosial, mulai dari X hingga Facebook, menunjukkan kejanggalan demi kejanggalan dari sosok yang hadir. Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Online Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksana, bahkan secara tegas membantah bahwa mereka yang hadir adalah bagian dari asosiasinya. “Kalau dari kami, kami menilai bahwa yang datang menghadiri undangan dari Wapres atau RI 2, menemui RI 2 itu bukan dari kami asosiasi,” kata Igun, Selasa (2/9/2025).
Igun menambahkan, ia mencurigai adanya rekayasa yang dilakukan oleh “pihak-pihak seperti perusahaan aplikasi maupun pihak lainnya yang ingin membelokan aspirasi dan tuntutan dari para pengemudi ojek online.” Pernyataan ini memberikan bobot dari sebuah asosiasi resmi, memperkuat dugaan publik yang sudah kadung curiga.
Kecurigaan publik semakin menguat ketika warganet menemukan sosok-sosok misterius di antara para peserta. Seorang pria bertubuh besar dengan jaket Maxim dicurigai sebagai seorang intel polisi yang sedang menyamar.
Penelusuran digital menunjukkan bahwa orang tersebut sering membuat konten dengan berbagai profesi, namun di setiap akhir video, ia selalu menunjukkan jati dirinya sebagai seorang polisi. Foto-foto lamanya juga memperlihatkan sosok yang sama pernah menyamar menjadi pedagang pentol, cilok, dan penjual buah lontar, bahkan beberapa kali terlihat dalam operasi penangkapan aparat.
Tak hanya itu, sosok lain dengan jaket InDrive yang tampak putih bersih juga dipertanyakan. Wajahnya disamakan dengan seseorang yang pernah terekam kamera dalam sebuah acara sebelumnya, juga dengan berdandan ala ojol. Dua temuan ini membuat warganet makin yakin bahwa pertemuan di Istana hanyalah “settingan” atau skenario yang sengaja dibuat.
Kecurigaan juga datang dari hal-hal yang lebih sederhana, namun mencolok. Penampilan para “driver ojol” yang dianggap terlalu rapi, jauh dari kesan pengemudi ojol jalanan yang sehari-hari terpapar panas dan debu. Jaket yang mereka kenakan tampak licin seolah baru dicetak, dan wajah mereka terlihat mulus. Sorotan tajam juga diberikan pada sepatu yang mereka kenakan.
Salah seorang peserta terlihat mengenakan sneaker mewah Air Jordan seharga jutaan rupiah, sementara yang lain memakai sepatu PDH (Pakaian Dinas Harian) yang mengilap, gaya yang sangat tidak umum bagi driver ojol. Perbedaan mencolok ini memperkuat dugaan publik bahwa mereka bukanlah driver ojol yang sesungguhnya.
Alih-alih menjadi wadah dialog yang tulus dan menenangkan situasi, pertemuan ini justru membuka celah kritik baru terhadap pemerintah. Publik bertanya, siapa sebenarnya yang diundang ke Istana dan aspirasi siapa yang ingin didengarkan. Jika tuduhan keterlibatan aparat yang menyamar itu benar, kontroversi ini berpotensi memperlebar jurang ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah yang selama ini sudah tergerus.
 
					 
					
 
					




