Rahasia di Balik Sokko & Telur Warna-warni dalam Maulid Bugis-Makassar

Wamanews.id, 21 September – Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di kalangan masyarakat Bugis-Makassar, Sulawesi Selatan, selalu meriah dengan kehadiran hidangan khas yang penuh makna simbolis. Dua di antaranya adalah sokko atau kaddo minyak dan telur warna-warni yang menjadi ikon setiap peringatan.
Sokko: Hidangan Khas yang Sarat Filosofi
Sokko merupakan olahan berbahan dasar beras ketan yang dikukus dan diberi minyak. Dalam tradisi Bugis-Makassar, sokko biasanya disajikan dengan berbagai warna, mulai dari putih, kuning, hingga hitam. Lebih dari sekadar makanan, sokko dipandang sebagai simbol kekuatan dan persatuan masyarakat.
Hidangan ini kerap dibawa oleh setiap keluarga ke masjid saat Maulid, bersama aneka lauk dan kudapan. Kehadirannya menjadi pengikat kebersamaan warga yang berkumpul untuk bershalawat, berdzikir, dan berdoa.
Telur Warna-warni: Simbol Kebersamaan
Selain sokko, telur rebus berwarna-warni selalu hadir dalam perayaan Maulid Nabi. Telur ditempatkan di bagian atas hidangan dalam ember atau wadah besar yang dibawa ke masjid.
Dalam budaya Bugis-Makassar, telur melambangkan persatuan dan keharmonisan. Pembagian telur kepada anak-anak atau warga yang hadir juga menjadi wujud keceriaan sekaligus simbol berbagi rezeki.
Nilai Sosial dalam Perayaan
Tradisi Maulid Nabi di Bugis-Makassar tidak hanya soal makanan. Setiap keluarga biasanya membawa lebih dari satu ember hidangan, lalu sebagian dibagikan kepada warga kurang mampu atau jamaah lain. Praktik ini mempertegas nilai sosial dan semangat berbagi yang melekat dalam perayaan.
Identitas Budaya Bugis-Makassar
Peringatan Maulid Nabi dengan sokko dan telur warna-warni telah menjadi identitas budaya masyarakat Bugis-Makassar. Tradisi ini diwariskan lintas generasi sebagai cara memuliakan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sekaligus merawat nilai gotong royong dan kebersamaan.
Dengan demikian, sokko dan telur tidak hanya sekadar sajian lezat, tetapi juga sarat filosofi yang mencerminkan kuatnya ikatan sosial serta spiritual masyarakat Bugis-Makassar.
 
					 
					

 
					




