Aktifkan notifikasi untuk dapat update setiap hari!

Budaya

Tradisi Massoppo Bola Sebagai Simbol Gotong Royong Masyarakat Bugis

Suku Bugis di Sulawesi Selatan memiliki tradisi yang unik dan khas dalam memindahkan rumah mereka yang dikenal dengan sebutan Massoppo Bola. Tradisi ini merupakan simbol gotong royong dan kebersamaan yang masih dilestarikan hingga kini.

Konstruksi rumah adat Bugis yang dibuat secara lepas-pasang (knock down) memungkinkan rumah untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain tanpa harus dibongkar total.

Rumah bagi masyarakat Bugis bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga pusat siklus kehidupan. Di sana, manusia dilahirkan, dibesarkan, menikah, dan meninggal.

Rumah panggung yang menjadi ciri khas rumah tradisional Bugis ini dibangun dengan desain yang memungkinkan untuk dipindahkan. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya rumah dalam kehidupan masyarakat Bugis.

Status Sosial dan Struktur Rumah Bugis

Rumah-rumah tradisional Bugis dibangun dengan memperhatikan status sosial penghuninya. Rumah bangsawan, misalnya, memiliki tingkatan minimal tiga yang disebut timpassila atau timpalaja. Secara umum, rumah Bugis dibagi menjadi tiga bagian: bagian atas, tengah, dan bawah.

Aktivitas utama dilakukan di bagian tengah, yang disebut ale bola dalam bahasa Bugis. Bagian atas, yang berada di antara atap dan langit-langit, disebut rakkeang dalam bahasa Bugis.

Konstruksi Rumah Panggung Bugis

Keunikan konstruksi rumah panggung Bugis terletak pada penggunaan tiang dan balok yang dipasang tanpa menggunakan paku. Tiang penyanggah rumah dipilih dari kayu yang kuat dan tahan lama.

Beberapa tiang dipancang ke dalam tanah, sementara yang lainnya diletakkan di atas batu atau coran beton dengan perhitungan keseimbangan yang akurat. Ketahanan rumah sangat bergantung pada bahan kayu yang digunakan dan keterampilan tukang dalam merangkai material tersebut.

Ketahanan dan Pemindahan Rumah Panggung

Meski banyak rumah tradisional mulai ditinggalkan, rumah-rumah panggung Bugis yang telah dibangun tetap berdiri kokoh hingga puluhan tahun. Ketika pemilik rumah ingin berpindah tempat yang tidak begitu jauh, rumah tersebut diangkat secara gotong royong oleh warga kampung.

Proses pemindahan rumah ini bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti rumah yang dibeli tanpa tanahnya, atau pemilik yang ingin lebih dekat dengan ladang atau keluarganya.

Proses Massoppo Bola

Proses Massoppo Bola dimulai dengan perencanaan oleh pemilik rumah, yang kemudian bermusyawarah dengan keluarga dan pemerintah setempat untuk menentukan waktunya.

Hari pemindahan rumah biasanya dilaksanakan pada hari Jumat. Setelah diumumkan kepada seluruh masyarakat, persiapan alat-alat seperti bambu, kayu, dan tali dilakukan.

Sebelum rumah dipindahkan, barang-barang di dalam rumah harus dikeluarkan terlebih dahulu. Tiang-tiang rumah panggung diikat dengan bambu yang berfungsi sebagai alat untuk mengangkat rumah tersebut.

Prosesi pemindahan diawali dengan pembacaan doa oleh imam kampung sebagai bentuk harapan agar semua berjalan lancar. Kepala kampung memberikan aba-aba kapan harus mengangkat dan berjalan. Dalam proses ini, hanya kaum laki-laki yang mengangkat rumah, sementara kaum perempuan memasak makanan untuk semua yang terlibat.

Peran Panrita Bola dan Panre Bola

Orang Bugis membangun rumah tanpa menggunakan sketsa atau gambar. Pembangunan rumah dilaksanakan oleh Panrita Bola (ahli rumah) dan Panre Bola (tukang rumah). Panrita Bola bertanggung jawab atas aspek spiritual, adat, dan kepercayaan, sementara Panre Bola mengerjakan hal-hal teknis seperti mengolah bahan kayu menjadi komponen struktur rumah.

Makna Tradisi Massoppo Bola

Tradisi Massoppo Bola memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Bugis. Tradisi ini tidak hanya menunjukkan gotong royong, tetapi juga kerja keras, kegigihan, kesabaran, dan kerendahan hati. Nilai-nilai tersebut tercermin dalam setiap tahapan proses pemindahan rumah, mulai dari perencanaan, persiapan, hingga pelaksanaan.

Gotong royong yang menjadi inti tradisi ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat Bugis, kebersamaan dan kerja sama adalah kunci utama dalam menjalani kehidupan.

Melalui tradisi Massoppo Bola, masyarakat Bugis tidak hanya mempertahankan warisan budaya mereka, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebersamaan kepada generasi muda.

Tradisi ini menjadi simbol kekuatan komunitas yang mampu menghadapi berbagai tantangan dengan bersatu dan saling membantu. Tradisi ini mengajarkan bahwa dengan bekerja bersama, tidak ada yang tidak mungkin dicapai.

Penulis

Related Articles

Back to top button