Aktifkan notifikasi untuk dapat update setiap hari!

Wajo

Menelusuri Sejarah Danau Tempe, Dulunya Sungai Besar yang Membelah Sulawesi 

Wamanews.id, 10 September 2025 – Dikenal sebagai salah satu danau terbesar dan ikon pariwisata Sulawesi Selatan, Danau Tempe menyimpan sebuah sejarah geologi yang menakjubkan. Danau yang terletak di perbatasan tiga Kabupaten Wajo, Sidenreng Rappang, dan Soppeng ini ternyata merupakan sebuah danau purba yang terbentuk dari proses geologi yang sangat panjang dan dramatis.

Menurut Profesor Adi Maulana, seorang ahli geologi dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Danau Tempe pada mulanya bukanlah danau seperti yang kita kenal sekarang. “Itu sebenarnya seperti sebuah cekungan, hampir bisa melintasi, jadi seperti sebuah sungai besar,” ujar Prof Adi. Ia menjelaskan bahwa pada akhir zaman es, sekitar 20.000 hingga 10.000 tahun yang lalu, cekungan ini terisi oleh air akibat kenaikan permukaan air laut yang masif.

Proses geologis tidak berhenti sampai di situ. Perairan yang menghubungkan wilayah bagian timur dan barat Sulawesi tersebut mengalami perubahan besar akibat aktivitas tektonik. “Ada proses tektonik yang mengakibatkan beberapa bagian terangkat, sehingga dia sudah tidak tersambung lagi dengan Selat Makassar dan Teluk Bone,” jelas Prof Adi. 

Pergerakan lempeng tektonik, khususnya benturan antara Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia, menyebabkan daratan di sekitar danau purba terangkat, memerangkap air di dalam cekungan tersebut.

Fakta ini diperkuat oleh sebuah jurnal ilmiah dari Unhas yang berjudul ‘Studi Tanaman Air dan Ekologi-Fisika Danau Tempe, Sulawesi Selatan’. 

Jurnal tersebut menyebutkan bahwa proses terangkatnya daratan terjadi pada zaman Alluvium atau Holosen Tua, sekitar 10.000 hingga 6.000 tahun Sebelum Masehi. Proses inilah yang akhirnya memisahkan danau purba menjadi tiga bagian perairan yang kita kenal sekarang: Danau Buaya, Danau Sidenreng, dan Danau Tempe.

Dengan luas area mencapai 47.800 hektar dalam kondisi banjir besar, Danau Tempe merupakan muara bagi 13 sungai dari berbagai wilayah di Sulsel. Karakteristiknya sebagai danau bertipe rawa banjiran membuat debit airnya sangat bergantung pada pasokan air dari sungai-sungai tersebut. Pada kondisi normal, luasnya berkisar antara 15.000 hingga 20.000 hektar, namun saat kemarau bisa menyusut drastis hingga hanya sekitar 1.000 hektar.

Meskipun memiliki sejarah yang panjang dan menakjubkan, Danau Tempe kini menghadapi tantangan serius. Danau ini mengalami pendangkalan yang intensif, dan banyak area efektifnya telah berubah menjadi daratan. 

Data dari kajian citra satelit Landsat multitemporal dan survei lapangan terbaru menunjukkan bahwa luas permukaan danau terus berkurang. Tanpa upaya konservasi yang serius, para ahli memprediksi bahwa danau ini bisa hilang pada musim kemarau tahun 2093.

Penulis

Related Articles

Back to top button