Aktifkan notifikasi untuk dapat update setiap hari!

Kesehatan

Waspada! Hepatitis Bisa Menyerang Tanpa Gejala, Ini Cara Mencegahnya Sebelum Terlambat

Wamanews.id, 29 April 2025 – Tanpa disadari, hepatitis masih menjadi ancaman laten di tengah masyarakat Indonesia. Penyakit yang menyerang organ hati ini kerap datang tanpa gejala jelas di tahap awal, menjadikannya berbahaya dan sulit terdeteksi sejak dini.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari RS Siloam Kebon Jeruk, dr Steven Zulkifly, Sp.PD, menjelaskan bahwa hepatitis adalah peradangan hati yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik infeksius seperti virus maupun non-infeksius seperti konsumsi alkohol, obat-obatan tertentu, penyakit autoimun, hingga perlemakan hati.

“Hepatitis adalah proses inflamasi pada hati. Bisa karena infeksi virus, bisa juga karena faktor non-infeksi. Dan yang paling sering kita temui tentu hepatitis A, B, dan C,” ungkap dr Steven dalam pernyataan tertulis, Senin (28/4/2025).

Virus yang Mengintai: A, B, dan C

Virus hepatitis terbagi menjadi lima jenis utama: A, B, C, D, dan E. Namun yang paling umum ditemukan di masyarakat adalah hepatitis A, B, dan C. Ada pula infeksi lain seperti cytomegalovirus, virus herpes, hingga parasit seperti cacing hati yang juga bisa memicu hepatitis.

Hepatitis A, misalnya, menular melalui jalur fecal-oral, biasanya dari makanan atau minuman yang terkontaminasi feses penderita. Penularan juga bisa terjadi melalui kontak seksual.

Dr Steven menyarankan lima langkah efektif mencegah hepatitis A:

  1. Menjaga kebersihan makanan, minuman, dapur, dan alat makan.
  2. Menjaga sanitasi pribadi dan lingkungan.
  3. Melakukan praktik seksual yang sehat dan aman.
  4. Memastikan makanan dimasak sempurna, karena virus akan mati di suhu 85°C selama satu menit.
  5. Melakukan vaksinasi hepatitis A dua kali dalam selang waktu 6 bulan untuk perlindungan seumur hidup.

Meski umumnya hepatitis A dapat sembuh sendiri dalam 1-2 minggu, pasien tetap harus diwaspadai, terutama jika muncul gejala berat atau risiko gagal hati akut.

Berbeda dari hepatitis A, hepatitis B dan C menular melalui darah, baik secara vertikal (ibu ke anak saat kehamilan atau persalinan) maupun horizontal (kontak dengan darah terinfeksi, termasuk penggunaan jarum suntik tidak steril, pembuatan tato atau piercing, serta hubungan seksual berisiko).

Kelompok usia produktif, terutama 35-60 tahun, menjadi yang paling rentan karena pola hidup dan aktivitas berisiko.

Vaksinasi hepatitis B tersedia dan sangat dianjurkan. Vaksin diberikan dalam tiga dosis (usia nol, satu, dan enam bulan) dan mampu melindungi 90–95% penerima sepanjang hidup.

Sayangnya, hingga kini belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan hepatitis B secara tuntas. Namun, terapi jangka panjang tersedia untuk mengendalikan virus dan mencegah komplikasi.

Sedangkan untuk hepatitis C, vaksin belum tersedia, tetapi perkembangan pengobatan sangat pesat. Obat antivirus jenis DAA (Direct Acting Antiviral) telah terbukti efektif menyembuhkan banyak kasus, dengan durasi pengobatan sekitar 3–6 bulan tergantung tingkat keparahan.

Menurut dr Steven, Grup RS Siloam menyediakan layanan hepatitis yang menyeluruh, mulai dari pencegahan, diagnosis, terapi, hingga pemantauan pascaperawatan.

“Fasilitas kami lengkap, dari vaksinasi, laboratorium, endoskopi, hingga pengobatan hepatitis B dan C. Kami juga terus memantau pasien sampai siap menerima terapi lanjutan,” katanya.

Hepatitis bukan sekadar penyakit hati, melainkan ancaman laten yang dapat berkembang menjadi sirosis bahkan kanker hati bila tidak ditangani dengan tepat.

Karenanya, dr Steven menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk deteksi dini dan vaksinasi. “Hepatitis tidak boleh dianggap sepele. Langkah kecil seperti menjaga kebersihan dan vaksinasi bisa menyelamatkan hidup,” pungkasnya.

Penulis

Related Articles

Back to top button