Aktifkan notifikasi untuk dapat update setiap hari!

News

Tak Hanya Indonesia! Dari Jokowi hingga Presiden Nigeria, Ini Deretan Pemimpin Dunia Terseret Skandal Ijazah Palsu!

Wamanews.id, 28 Juni 2025 – Polemik dugaan ijazah palsu yang menyeret nama mantan Presiden RI, Joko Widodo alias Jokowi, masih menjadi topik hangat yang terus bergulir sejak beberapa pekan terakhir. Desakan publik untuk memperlihatkan ijazah asli belum juga diindahkan oleh Jokowi maupun tim hukumnya. 

Hanya fotokopi ijazah yang beredar luas, bahkan dalam pemeriksaan di Bareskrim Polri pun, hanya salinan fotokopi yang diperlihatkan di layar lebar, memicu pertanyaan besar di benak masyarakat.

Kasus pemalsuan dokumen akademik sejatinya bukanlah hal baru di Indonesia. Fenomena ini sudah sering marak terjadi, bahkan melibatkan sejumlah kepala daerah dan calon kepala daerah di berbagai wilayah Indonesia yang terbukti atau diduga kuat menggunakan ijazah palsu untuk meraih atau mempertahankan jabatan politik. Padahal, pemalsuan dokumen merupakan tindakan pidana serius yang diatur dalam Pasal 263 dan 264 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dengan ancaman hukuman penjara hingga delapan tahun.

Namun, penyalahgunaan gelar akademik oleh elite politik, baik itu pemalsuan ijazah, plagiarisme, atau klaim gelar dari institusi fiktif, ternyata bukan hanya fenomena domestik Indonesia. Skandal serupa juga mengguncang panggung politik global, menyeret sejumlah pemimpin dunia yang seharusnya menjadi teladan integritas. 

Melansir laman MSN, berikut adalah beberapa contoh kasus manipulasi akademik yang pernah mencoreng reputasi pemimpin negara-negara lain:

1. Presiden Nigeria, Bola Tinubu: Dugaan Ijazah Universitas Misterius 

Nama Presiden Nigeria, Bola Tinubu, terseret dalam kontroversi dugaan pemalsuan ijazah Universitas Chicago pada tahun 2023. Tuduhan ini dilayangkan oleh rival politiknya, Atiku Abubakar, yang menduga adanya ketidakberesan dalam klaim pendidikan Tinubu. Ketika ditelusuri untuk memverifikasi keabsahan ijazah tersebut, pihak Universitas Chicago menyatakan tidak memiliki data yang dapat membuktikan bahwa Bola Tinubu pernah lulus dari institusi mereka. Meski Tinubu membantah tudingan tersebut dengan keras, kasusnya kini masih bergulir di Mahkamah Agung Nigeria, menunggu putusan yang akan menentukan nasibnya dan kredibilitas institusi pendidikan.

2. Mantan Menteri Dalam Negeri Iran, Ali Kordan: Gelar Kehormatan Fiktif dari Oxford 

Pada tahun 2008, Ali Kordan, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Iran, mengklaim telah memperoleh gelar doktor kehormatan dari Universitas Oxford, salah satu universitas paling prestisius di dunia. Klaim ini sontak menjadi sorotan. Namun, setelah ditelusuri dan diverifikasi secara langsung, pihak Universitas Oxford dengan tegas menyatakan tidak pernah memberikan penghargaan akademik tersebut kepada Kordan. Terkuaknya fakta ini memicu skandal besar di Iran. Ali Kordan kemudian mengaku tertipu oleh oknum yang mengatasnamakan Oxford dan akhirnya, sebagai konsekuensi dari kebohongan publik ini, ia terpaksa meletakkan jabatannya sebagai menteri.

3. Mantan Menteri Agama Pakistan, Aamir Liaquat Hussain: Koleksi Gelar Palsu dan Fiktif 

Kasus Aamir Liaquat Hussain, mantan Menteri Agama Pakistan, adalah salah satu yang paling mencengangkan karena melibatkan serangkaian gelar akademik palsu. Hussain menjadi sorotan setelah terkuak bahwa gelar-gelar akademik yang diklaimnya berasal dari institusi-institusi yang terbukti fiktif atau tidak sah. Gelar BA dari Trinity College and University terbukti palsu, sementara gelar medis MBBS-nya tidak dapat diverifikasi keasliannya. Puncaknya, gelar doktor yang ia peroleh dari Ashwood University ternyata berasal dari lembaga yang diketahui secara luas menjual gelar tanpa proses akademik yang sah atau kredibel. Kasus ini menggambarkan betapa mudahnya beberapa elite politik jatuh pada godaan untuk “membeli” legitimasi akademik.

4. Mantan Presiden Hungaria, Pal Schmitt: Skandal Plagiarisme yang Mengguncang Istana 

Skandal plagiarisme mengguncang kepresidenan Pal Schmitt di Hungaria pada tahun 2012. Disertasi doktoralnya terbukti menjiplak sebagian besar karya akademisi lain tanpa atribusi yang layak. Setelah penyelidikan menyeluruh, Universitas Semmelweis, institusi yang memberikannya gelar doktor, mencabut gelar tersebut karena pelanggaran etika akademik yang serius. Akibat tekanan publik dan hilangnya kepercayaan, Pal Schmitt akhirnya mundur dari jabatannya sebagai presiden. Setahun kemudian, ia secara resmi mengembalikan gelar tersebut, menjadi preseden penting tentang akuntabilitas pemimpin. Kejadian ini mengingatkan publik Indonesia pada pencabutan gelar akademik tokoh politik dalam negeri akibat dugaan serupa.

5. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan: Kontroversi Ijazah Sarjana yang Tak Kunjung Reda 

Dalam kampanye pemilu 2014, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, juga menghadapi sorotan tajam terkait keaslian ijazah sarjananya. Meskipun telah menunjukkan dokumen resmi dari Universitas Marmara sebagai bukti kelulusannya, sebagian kalangan dan oposisi masih terus mempertanyakan validitas dan keaslian ijazah tersebut hingga kini. Kontroversi ini, meski tidak sefatal kasus lain yang berujung pada pengunduran diri, tetap menjadi ganjalan yang kerap diungkit oleh lawan politiknya.

Deretan kasus global ini menunjukkan bahwa fenomena dugaan manipulasi ijazah oleh pemimpin politik adalah masalah sistemik yang mengikis kepercayaan publik. Baik di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia, integritas akademik dan transparansi adalah fondasi yang tak tergantikan bagi legitimasi kepemimpinan dan tata kelola pemerintahan yang baik.

Penulis

Related Articles

Back to top button