Aktifkan notifikasi untuk dapat update setiap hari!

News

Program Makan Bergizi Gratis Dihujani Kritik: Disebut “Mengatasi Masalah dengan Bikin Masalah Baru” 

Wamanews.id, 28 Oktober 2025 – Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang digadang-gadang sebagai solusi masalah gizi, justru menuai kritik tajam. Penulis novel Hariadhi melalui akun media sosial Threads pribadinya, melontarkan pandangan pedasnya terkait implementasi program ini. Menurutnya, alih-alih menyelesaikan masalah, MBG justru menciptakan “masalah baru” yang terus berdatangan.

“Mengatasi masalah dengan bikin masalah baru,” tulis Hariadhi, dikutip Selasa (28/10/2025), mengindikasikan ketidakpuasannya terhadap efektivitas dan arah program.

Kritik utama Hariadhi tertuju pada kapabilitas orang-orang yang memimpin proyek MBG. Ia menyangsikan kemampuan para pelaksana yang dinilai kurang mumpuni dalam mengelola program sebesar ini. “Beginilah hasilnya kalau orang ga punya kapabilitas disuruh mimpin,” sebutnya, menyoroti aspek kepemimpinan dan manajemen proyek.

Salah satu poin krusial yang disorot Hariadhi adalah pergeseran fokus dari Satuan Pelaksana Pemberi Gizi (SPPG). Ia menduga adanya iming-iming yang mengalihkan SPPG dari tugas utama mereka. “SPPG tugasnya masak malah didorong jadi buzzer dengan iming-iming duit instan,” tambahnya.

Dampak dari pengalihan fokus ini, menurut Hariadhi, sangat nyata dan merugikan tujuan awal program. Alih-alih memastikan makanan bergizi tersalurkan dengan baik, yang terjadi di lapangan adalah kompetisi untuk menjadi viral. “Hasilnya mereka malah fokus adu bikin konten viral, bukan masaknya,” sebutnya. 

Ini berarti, energi dan sumber daya yang seharusnya dialokasikan untuk kualitas gizi dan distribusi makanan, justru terpecah untuk keperluan promosi yang terkadang tidak substansial. Hariadhi juga menawarkan solusi alternatif yang lebih efektif jika ada dana yang dialokasikan untuk “iming-iming” tersebut. 

“Wong kalau punya Rp 5 juta buat dibagi-bagi, ya lakukan sidak ke semua SPPG,” tuturnya. Ia mengusulkan pendekatan yang lebih profesional dan berbasis insentif kinerja. “Bagi SPPGnya yang terbukti higienis dan profesional, kasih uang tunai Rp 5 juta. Siarkan. 

Masalah beres, viralnya dapat,” terangnya. Menurutnya, cara ini akan lebih mendorong SPPG untuk fokus pada kualitas dan profesionalisme, sekaligus mendapatkan publisitas positif yang natural.

Selain masalah kapabilitas dan fokus yang bergeser, Hariadhi juga menyoroti pentingnya higienitas dan profesionalisme SPPG. Dalam program yang berkaitan langsung dengan pangan dan kesehatan, aspek kebersihan dan standar operasional menjadi sangat vital. Jika SPPG tidak fokus pada tugas inti memasak yang higienis dan profesional, ini bisa menimbulkan masalah kesehatan serius bagi penerima manfaat.

Kritik Hariadhi ini menjadi pengingat bagi para pemangku kepentingan program MBG untuk mengevaluasi kembali strategi pelaksanaan, terutama dalam aspek kepemimpinan, kapabilitas tim pelaksana, serta pengawasan agar fokus utama program tidak teralihkan dari tujuan mulia awalnya. Program yang bertujuan mengatasi masalah gizi, tidak seharusnya justru menciptakan masalah baru di masyarakat.

Penulis

Related Articles

Back to top button