Kemenkes Imbau Masyarakat Tingkatkan Literasi Media Sosial demi Kesehatan Mental

Wamanews.id, 12 Oktober 2024 – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyoroti pentingnya literasi media sosial sebagai salah satu langkah menjaga kesehatan mental masyarakat.
Dalam era digital yang semakin berkembang, masyarakat dihadapkan pada banjir informasi yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental, terutama jika tidak diiringi dengan kemampuan menyaring dan memverifikasi informasi.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes, Imran Pambudi, dalam pernyataannya di Jakarta pada Jumat, 11 Oktober 2024.
Menurut Imran, media sosial saat ini menjadi salah satu faktor penyebab munculnya masalah kesehatan mental. Banyaknya konten yang menunjukkan gaya hidup mewah dan prestasi yang dipamerkan, sering kali menciptakan tekanan bagi sebagian orang, terutama jika konten tersebut dibandingkan dengan kondisi nyata di kehidupan sehari-hari.
“Menurut saya sekarang kita terlalu banyak informasi. Kita justru perlu literasi dan menyaring informasi mana yang perlu kita dapatkan, karena ada bermacam-macam di media sosial,” jelas Imran.
Imran menegaskan, tidak semua yang terlihat di media sosial adalah fakta. Banyaknya konten yang menampilkan kemewahan atau pencapaian seseorang, sering kali memberikan kesan bahwa orang lain lebih sukses atau lebih bahagia. Padahal, banyak dari konten tersebut yang mungkin hanya menunjukkan sisi terbaik atau bahkan direkayasa untuk memberi citra yang tidak sesuai dengan realitas.
“Tidak sedikit masyarakat mengalami stres akibat gaya hidup mewah atau prestasi yang sering dipamerkan di media sosial. Padahal, tidak semua yang ada di media sosial tersebut merupakan fakta atau realita,” imbuhnya.
Fenomena ini memicu perasaan tidak cukup baik, rendah diri, hingga stres berkepanjangan bagi sebagian pengguna media sosial. Mereka merasa perlu mengejar standar hidup yang ditampilkan di media sosial, meski sebenarnya tidak realistis atau relevan dengan kehidupan mereka. Karena itu, kemampuan literasi dalam menyaring informasi sangat penting untuk menjaga keseimbangan mental dan mencegah stres akibat perbandingan yang tidak sehat.
Selain pengaruh media sosial, Imran juga mengungkapkan bahwa faktor finansial menjadi pemicu lain dari masalah kesehatan mental di masyarakat. Menurunnya kondisi ekonomi, baik akibat situasi global maupun domestik, sering kali memicu kecemasan dan stres, terutama ketika seseorang merasa tidak bisa mencapai standar ekonomi yang dipamerkan di media sosial.
Imran mengimbau masyarakat agar tidak mudah membandingkan kesejahteraan atau kondisi finansial dengan orang lain yang dilihat di media sosial. Menurutnya, membandingkan diri dengan prestasi atau kondisi orang lain hanya akan memperburuk kondisi mental dan menambah tekanan.
“Orang gampang terpicu dengan prestasi orang lain, begitu kan. Jadi hal-hal seperti ini, saya kira literasi untuk menyaring informasi itu menjadi penting, sehingga kita tidak stres dan sehat secara mental,” ujarnya.
Literasi media sosial menjadi penting agar masyarakat mampu memfilter mana informasi yang benar-benar relevan dan bermanfaat, serta mana yang hanya ilusi atau distorsi dari kenyataan. Selain itu, verifikasi informasi juga penting untuk mencegah masyarakat mempercayai informasi yang keliru atau palsu, yang berpotensi memperburuk kondisi psikologis.
Kemenkes telah merespon masalah kesehatan mental dengan melakukan berbagai upaya yang melibatkan tindakan preventif, promotif, kuratif, hingga rehabilitatif. Program-program tersebut ditujukan tidak hanya kepada individu dewasa, tetapi juga anak-anak dan remaja.
Salah satu fokus Kemenkes adalah memberikan edukasi pengasuhan positif kepada orang tua agar mereka dapat menciptakan lingkungan yang sehat secara mental untuk anak-anak mereka.
“Kami membekali orang tua dengan pengasuhan positif supaya mereka bisa memberikan pengasuhan yang baik kepada anaknya,” kata Imran. Dengan pengasuhan yang baik, diharapkan calon ibu dan generasi muda Indonesia bisa tumbuh dengan mental yang sehat dan bahagia, sehingga dapat menghindari masalah kesehatan mental di masa depan.
Selain itu, Kemenkes juga menyediakan layanan rehabilitasi untuk mereka yang mengalami luka psikologis, baik di sekolah, perguruan tinggi, maupun di tempat kerja. Langkah ini bertujuan agar masyarakat yang merasa tidak baik-baik saja mengetahui ke mana harus mencari pertolongan atau kepada siapa bisa bercerita mengenai perasaan mereka.
“Jadi kalau ada orang yang merasa dia tidak sedang baik-baik saja, dia tahu kepada siapa dia harus bercerita atau curhat. Bagaimana memberikan rasa nyaman dulu kepada orang agar yang tadinya bermasalah, tidak berkembang menjadi gangguan jiwa,” tambah Imran.
Era digital yang penuh dengan informasi memerlukan literasi yang kuat, terutama dalam menyaring informasi dari media sosial. Kementerian Kesehatan menekankan pentingnya kemampuan literasi ini agar masyarakat dapat menjaga kesehatan mental mereka.
Melalui program-program preventif, promotif, hingga rehabilitatif, Kemenkes berkomitmen untuk menangani masalah kesehatan mental di Indonesia. Dengan edukasi yang tepat, terutama mengenai pengasuhan dan literasi informasi, diharapkan generasi mendatang dapat tumbuh lebih sehat secara mental, meskipun berada di tengah derasnya arus informasi di media sosial.
Penulis: Nada Gamara
Editor: Ardan