Jangan Tunggu Batuk! Begini Cara Deteksi Kanker Paru Sebelum Terlambat

Wamanews.id, 22 Mei 2025 – Kanker paru kini menjadi salah satu momok terbesar dalam dunia kesehatan Indonesia. Tak hanya menempati posisi teratas sebagai penyebab kematian akibat kanker pada pria, penyakit ini juga makin banyak menjangkiti orang di usia muda, terutama perempuan. Tragisnya, sebagian besar kasus baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut, di mana harapan hidup menurun drastis.
Dalam acara Siloam Oncology Summit ke-5 yang digelar di Jakarta pada 18 Mei 2025, dr. Sita Laksmi Andarini, Ph.D., Sp.P(K) mengungkapkan bahwa di Indonesia, kanker paru pada perempuan rata-rata ditemukan pada usia 58 tahun, jauh lebih muda dibandingkan dengan negara lain, yang berada di kisaran usia 68 tahun. “Itu berarti masyarakat kita sepuluh tahun lebih muda terserang kanker paru. Ini mengkhawatirkan,” ujarnya.
Salah satu penyebab tingginya angka kematian akibat kanker paru adalah minimnya deteksi dini. Banyak orang masih menganggap bahwa kanker paru hanya bisa dikenali saat sudah muncul gejala seperti batuk kronis atau sesak napas. Padahal, deteksi dini bisa dilakukan bahkan sebelum gejala muncul.
Menurut dr. Sita, kelompok yang termasuk berisiko tinggi terkena kanker paru antara lain:
- Usia di atas 45 tahun
- Memiliki riwayat merokok aktif atau pasif
- Bekerja di lingkungan dengan paparan bahan kimia
- Penderita fibrosis paru atau tuberkulosis (TBC)
- Memiliki riwayat keluarga dengan kanker
Meskipun kanker paru bukan penyakit yang diwariskan secara genetik, namun kerentanan seseorang bisa meningkat jika ada anggota keluarga yang pernah mengidap kanker, tambahnya.
dr. Linda Masniari, Sp.P(K) menegaskan bahwa skrining sangat penting bagi kelompok berisiko tinggi. Sayangnya, banyak orang masih bergantung pada pemeriksaan thoraks atau rontgen dada, yang sebenarnya baru bisa mendeteksi nodul kanker jika ukurannya sudah cukup besar, sekitar 3 cm.
Kini, dunia medis menganjurkan skrining menggunakan metode Low Dose CT (LDCT) Scan, yang memiliki akurasi lebih tinggi dan mampu mendeteksi nodul kecil berukuran kurang dari 1 cm. “Pemeriksaan ini menggunakan radiasi rendah, aman, dan sudah bisa dilakukan di rumah sakit tipe C ke atas,” jelas dr. Linda.
Keunggulan LDCT:
- Bisa mendeteksi kanker sebelum gejala muncul
- Menurunkan risiko kematian hingga 24 persen
- Membantu proses pengobatan lebih awal dan lebih efektif
Meskipun kanker paru bisa muncul tanpa gejala, namun ada beberapa tanda peringatan yang perlu diwaspadai, terutama jika terjadi secara terus-menerus:
- Batuk tak kunjung sembuh selama lebih dari dua minggu
- Berat badan turun drastis tanpa sebab
- Pusing yang tak biasa
- Riwayat merokok jangka panjang
Jika gejala-gejala ini muncul, terutama pada seseorang berusia di atas 45 tahun, sangat disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan lanjutan seperti CT scan atau biopsi. dr. Linda juga mengingatkan, banyak pasien yang didiagnosis TB paru justru ternyata mengidap kanker paru. “Kalau sudah enam bulan pengobatan TB tidak membuahkan hasil, perlu dicek ulang, bisa jadi itu kanker,” tambahnya.
Kanker paru bukan lagi penyakit yang hanya mengintai lansia atau perokok berat. Data menunjukkan bahwa pengidapnya makin muda dan sering kali tidak menyadari gejala awal. Oleh karena itu, deteksi dini dengan LDCT menjadi kunci utama untuk menekan angka kematian akibat kanker paru.
Jangan menunggu hingga batuk tak kunjung sembuh. Jika Anda termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, segera lakukan skrining, karena penanganan lebih awal menyelamatkan nyawa.







