Bunuh Diam-diam, Kanker Serviks Ancam Nyawa Ribuan Perempuan Ini Cara Mudah Deteksinya di Rumah

Wamanews.id, 25 April 2025 – Kanker serviks masih menjadi ancaman serius bagi perempuan Indonesia. Penyakit ini dijuluki sebagai silent killer karena sering kali tidak menunjukkan gejala di tahap awal. Namun, kabar baiknya, kini deteksi dini bisa dilakukan dengan lebih mudah bahkan dari rumah!
Data dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa setiap tahunnya terdapat sekitar 36.000 kasus baru kanker serviks. Ironisnya, mayoritas kasus baru terdeteksi saat sudah memasuki stadium lanjut. Pada tahun 2020 saja, angka kematian akibat kanker serviks tercatat mencapai 21.000 jiwa.
Direktur Utama RSK Dharmais, dr. Raden Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo mengungkapkan bahwa rendahnya tingkat skrining masih menjadi tantangan besar di Indonesia. “Banyak perempuan enggan melakukan skrining karena merasa tidak nyaman, kurang informasi, atau sulit mengakses layanan kesehatan,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (24/4/2025).
Kini, dengan inovasi dari BD (Becton, Dickinson and Company), deteksi kanker serviks bisa dilakukan secara mandiri di rumah. Perempuan cukup mengambil sampel sendiri menggunakan alat yang dirancang khusus dan nyaman digunakan. Teknologi ini sebelumnya telah digunakan di negara-negara seperti Belanda, Denmark, dan Swedia dan terbukti berhasil meningkatkan cakupan skrining.
“Dengan metode ini, kami bisa menjangkau lebih banyak perempuan di berbagai wilayah. Skrining jadi lebih praktis, nyaman, dan tentunya bisa menyelamatkan nyawa,” lanjut dr. Raden.
Tak hanya itu, teknologi ini juga dilengkapi dengan extended genotyping dan sistem otomasi pra-analitik, memungkinkan identifikasi jenis HPV dengan lebih detail dan cepat.
Sebagai langkah nyata, BD Indonesia bekerja sama dengan RSK Dharmais dan Kemenkes RI menargetkan skrining terhadap 8.000 perempuan di berbagai daerah Indonesia.
Survei terbaru dari BD menunjukkan bahwa meski 92% perempuan tahu pentingnya deteksi dini, sebanyak 70% masih menunda pemeriksaan karena takut atau tidak nyaman, dan 81% menyatakan lebih memilih metode pengambilan sampel mandiri di rumah.
Dengan teknologi ini, diharapkan angka deteksi dini meningkat dan ribuan nyawa bisa diselamatkan dari pembunuh diam-diam yang bernama kanker serviks.