Jukir Makassar Dibacok hingga Kritis, Ogah Damai dan Minta Pelaku Segera Ditangkap

Wamanews.id, 28 Juni 2025 – Afdal Syamsuddin (25), seorang tukang parkir (jukir) di Makassar, harus menahan sakit fisik dan batin setelah menjadi korban pembacokan brutal oleh seorang pelaku tak dikenal. Afdal menderita luka serius di tiga bagian tubuhnya: pipi kiri, rusuk kiri, dan lutut, yang mengharuskannya menerima enam jahitan di pipi dan rusuknya.
Ironisnya, di tengah perjuangan Afdal memulihkan diri, keluarga pelaku justru gencar mendatangi korban untuk mengupayakan perdamaian, sementara sang pelaku sendiri masih bebas berkeliaran.
“Tidak adapi, ituji dia bilang lari, kabur. Baru mamanya itu datang ke rumah berapa kali, cerita uang. Bilang bagaimana caranya supaya tidak lanjut baru itu anaknya tidak mau dia kasih muncul,” ungkap Afdal pada Jumat, 27 Juni 2025, menunjukkan betapa frustrasinya ia dengan situasi ini.
Kejadian nahas ini bermula dari sebuah insiden sepele yang berujung pada kekerasan yang tak terduga. Afdal menceritakan bahwa saat itu pelaku datang bersama ibunya dan memarkir motornya secara sembarangan di area kerja Afdal. Sebagai seorang jukir yang bertanggung jawab atas kelancaran lalu lintas di area tersebut, Afdal dengan sopan berusaha menegur mereka.
“Saya tegur, bilang saya kasih masuk motorta kodong di, karena supaya tidak menghalangi jalan dan tidak macet,” ucap Afdal, menjelaskan niatnya yang hanya ingin menjaga ketertiban. Teguran sederhana yang seharusnya direspons dengan pemahaman justru berujung pada tindak kekerasan.
Tak lama setelah ditegur, pelaku kembali. Namun, kali ini ia datang tidak sendiri, melainkan bersama temannya dengan motor yang berbeda, dan yang lebih mengkhawatirkan, mereka membawa sebilah parang. Afdal menjadi sasaran amuk mereka tanpa sempat membela diri.
“Pas ka balik ke belakang dia langsung muncul pegang parang. Di cincangmka di situ. Yang kena pipi kiri, rusuk kiri sama di lutut,” Afdal menuturkan dengan pilu, mengingat kembali detik-detik mengerikan saat dirinya diserang secara membabi buta.
Luka-luka yang dialami Afdal cukup parah, membutuhkan penanganan medis segera dan jahitan yang tidak sedikit. Namun, yang lebih menyakitkan adalah kenyataan bahwa meskipun insiden ini telah dilaporkan ke Polsek Makassar, sang pelaku hingga kini masih bebas berkeliaran. Situasi ini tentu saja menimbulkan pertanyaan besar tentang efektivitas penegakan hukum dan rasa keadilan bagi korban.
Di tengah belum tertangkapnya pelaku, tekanan justru datang dari pihak keluarga pelaku. Ibu pelaku, menurut Afdal, berulang kali mendatangi rumah korban untuk bernegosiasi. Tawaran uang diberikan dengan harapan kasus ini tidak akan dilanjutkan ke ranah hukum. Namun, Afdal Syamsuddin dengan tegas menolak tawaran perdamaian tersebut.
“Mamanya pelaku datang berulang kali, nawarin uang agar kasus ini tidak dilanjutkan. Tapi saya tetap minta pelaku bertanggung jawab secara hukum,” tegas Afdal, menunjukkan keteguhan hatinya untuk mencari keadilan sejati, bukan sekadar kompensasi finansial. Penolakan Afdal ini adalah representasi dari banyak korban kekerasan yang menginginkan pertanggungjawaban hukum yang adil, bukan transaksi ‘damai’ di luar jalur hukum.
Hingga berita ini diturunkan, Kapolsek Makassar Kompol Muhammad Tamrin belum memberikan keterangan resmi terkait perkembangan kasus ini. Keluarga korban dengan gigih menuntut kepastian hukum dan penangkapan segera terhadap pelaku, yang diduga merupakan warga Kelurahan Karuwisi, Kecamatan Panakkukang.
Kasus ini menjadi sorotan, tidak hanya bagi keluarga korban, tetapi juga bagi masyarakat luas yang menanti keadilan ditegakkan dan pelaku kekerasan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya. Keberanian Afdal menolak damai dan bersikeras menuntut penangkapan pelaku harus menjadi perhatian serius aparat kepolisian.