Aktifkan notifikasi untuk dapat update setiap hari!

Nasional

Kenapa 11 Maret Dikenang Sebagai Hari Supersemar? Ini Sejarah Lengkapnya

Wamanews.id, 11 Maret 2025 – Setiap 11 Maret, bangsa Indonesia memperingati Hari Supersemar, yang merujuk pada Surat Perintah Sebelas Maret yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno pada 1966. Surat perintah tersebut, yang dikenal dengan nama Supersemar, menjadi titik balik penting dalam sejarah politik Indonesia, menandai transisi menuju masa Orde Baru (Orba) yang dipimpin oleh Soeharto. Momen ini tidak hanya mencatatkan perubahan kepemimpinan, tetapi juga meredefinisi arah perjalanan negara Indonesia pasca-kejatuhan rezim Soekarno.

Sejarah terbitnya Supersemar bermula dari peristiwa tragis Gerakan 30 September (G30S) pada 1965, yang mengguncang stabilitas politik Indonesia. Kepercayaan publik terhadap Presiden Soekarno mulai memudar, dan negara berada dalam keadaan kacau. Dalam suasana yang penuh ketidakpastian itu, munculnya Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) pada 12 Januari 1966 menjadi sinyal jelas dari rakyat, terutama dari kalangan pelajar dan mahasiswa, yang menginginkan perubahan. Tritura itu berisi tuntutan antara lain pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI), pembersihan Kabinet Dwikora, dan penurunan harga yang melonjak tinggi.

Setelah hampir dua bulan masa ketegangan, situasi yang tidak stabil ini mendorong adanya langkah-langkah yang lebih drastis. Salah satunya adalah pertemuan antara Presiden Soekarno dan utusan dari Letnan Jenderal Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib). Pada 11 Maret 1966, pertemuan itu menghasilkan keputusan besar, yaitu dikeluarkannya Supersemar yang memberikan wewenang kepada Soeharto untuk mengendalikan negara demi tercapainya ketertiban dan keamanan.

Supersemar berisi beberapa poin penting yang memberikan mandat kepada Soeharto untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan demi kestabilan negara. Berikut adalah tiga poin utama dalam Surat Perintah tersebut:

  1. Keamanan dan Kestabilan Pemerintahan: Soeharto diberi kewenangan untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk menjamin keamanan negara dan kelancaran pemerintahan, serta menjaga kewibawaan Presiden Soekarno.
  2. Koordinasi Tindakan: Soeharto diinstruksikan untuk berkoordinasi dengan Panglima Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan pihak-pihak terkait lainnya guna memastikan langkah-langkah yang diambil berjalan efektif.
  3. Pelaporan Tindakan: Dalam pelaksanaan tugasnya, Soeharto diminta untuk secara rutin melaporkan hasil dari pelaksanaan perintah tersebut kepada Presiden dan pihak yang berwenang.

Setelah menerima Supersemar pada 12 Maret 1966, Soeharto dengan cepat mengambil tindakan tegas. Salah satu langkah pertama yang diambil adalah pembubaran dan pelarangan aktivitas PKI beserta ormas-ormas yang memiliki kaitan dengan partai tersebut. Selain itu, Soeharto juga memperkuat pengaruhnya di dalam kabinet dan pemerintahan Indonesia.

Puncaknya, pada Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang diadakan pada Maret 1967, Soeharto secara resmi diangkat menjadi Presiden Indonesia yang kedua. Dengan demikian, Soekarno yang sebelumnya menjadi Presiden Republik Indonesia, harus menerima kenyataan bahwa masa pemerintahannya telah berakhir, dan Orde Baru mulai diberlakukan.

Peringatan Hari Supersemar setiap 11 Maret menjadi sebuah kesempatan untuk merefleksikan perjalanan panjang sejarah Indonesia, terutama dalam konteks pergantian rezim yang membawa negara ini menuju Orde Baru. Meskipun Supersemar menjadi bagian dari kisah kelam bagi sebagian orang, tidak bisa dipungkiri bahwa peristiwa ini membawa Indonesia pada perubahan besar dalam pemerintahan dan politik negara.

Hari Supersemar mengingatkan kita bahwa Indonesia pernah melalui masa transisi yang penuh tantangan dan ketegangan politik. Keputusan-keputusan yang diambil pada masa itu, meskipun kontroversial, memiliki dampak yang besar terhadap stabilitas negara pada masa berikutnya.

Hari Supersemar bukan hanya sekadar peringatan tentang sebuah surat perintah yang diberikan kepada Soeharto, namun juga merupakan momen penting dalam sejarah politik Indonesia. Dengan terbitnya Supersemar, Indonesia memasuki era Orde Baru yang berlangsung lebih dari tiga dekade. Bagi bangsa Indonesia, mengenang hari ini adalah untuk memahami perjalanan negara yang penuh lika-liku dan belajar dari masa lalu agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama.

Penulis

Related Articles

Back to top button