Aktifkan notifikasi untuk dapat update setiap hari!

News

Sulap Fiskal Purbaya: Ekonomi Indonesia Putar Balik dalam Dua Bulan Lewat Jurus Rp200 Triliun

Wamanews.id, 1 November 2025 – Menteri Keuangan Purbaya Yudi Sadewa tengah menjadi sorotan. Dengan keyakinan yang sempat diragukan banyak pihak, Purbaya mengklaim bahwa ia mampu membalikkan arah ekonomi Indonesia hanya dalam waktu kurang dari dua bulan. 

Sebuah klaim yang oleh sebagian pengamat dianggap sebagai “sulap fiskal,” namun Purbaya menyebutnya sebagai strategi “berani” sebuah jurus ekonomi yang tak populer, namun efektif dalam menjaga laju pertumbuhan tanpa memantik risiko inflasi yang ditakutkan.

Dalam sebuah wawancara eksklusif bersama Desi Anwar, Purbaya mengenang momen awal menjabat ketika skeptisisme publik masih tinggi. “Ibu Desi waktu itu agak skeptis. Tapi saya bilang, tunggu dua bulan. Dan benar, ekonomi kita mulai berbalik arah,” ujar Purbaya.

Sebelum Purbaya menjabat, ekonomi nasional digambarkan seperti “dicekik.” Pertumbuhan uang di bulan Mei hingga Agustus nyaris nol. Bahkan, gelombang demonstrasi besar di berbagai kota, menurutnya, lebih berakar pada tekanan ekonomi yang mencekik rakyat ketimbang isu-isu politik semata. Langkah pertamanya langsung menuai kontroversi dan decak heran: memindahkan Rp200 triliun dari Bank Indonesia (BI) ke sistem perbankan nasional.

Kebijakan ini dianggap riskan oleh sejumlah ekonom karena dikhawatirkan dapat memicu inflasi tinggi. Namun, Purbaya memiliki argumentasi tandingan yang kuat.

“Kalau uang itu hanya tidur di BI, ekonomi kita tak bergerak. Kita punya pengangguran besar, artinya kapasitas produksi kita masih longgar. Jadi risiko inflasi akibat langkah ini kecil sekali,” jelasnya.

Keputusan berani Purbaya ini didasari pemahaman bahwa pada kondisi kapasitas produksi yang longgar (banyak pengangguran), peningkatan suplai uang tidak serta merta mendorong harga naik. Justru, uang yang dilepas ke perbankan akan menggerakkan roda ekonomi dan menyerap tenaga kerja.

Keberanian mengambil risiko ini adalah mandat yang diemban langsung dari Presiden Prabowo. Purbaya mengaku masih ingat jelas pesan yang diberikan saat pelantikan. “Sepanjang jalan ke luar ruangan, beliau terus tanya: ‘Berani? Berani, Pak?’,” kata Purbaya sambil tersenyum, menegaskan bahwa disiplin fiskal dan menyalakan kembali mesin pertumbuhan adalah harga yang harus dibayar.

Kini, hasilnya mulai terkonfirmasi. Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) dilaporkan naik tajam 15 poin dalam sebulan terakhir, menunjukkan optimisme publik mulai pulih seiring meredanya tekanan ekonomi. 

Pemerintah kini menargetkan pertumbuhan ekonomi di atas 5,5% pada triwulan IV ini, bahkan mematok target ambisius 8% di tahun kelima pemerintahan Prabowo. “Kita sudah keluar dari bahaya. Ketidakpuasan publik mulai mereda,” ujarnya optimistis.

Purbaya tidak puas hanya sampai di titik stabilisasi. Ia menyiapkan reformasi besar-besaran, dimulai dari dalam kementeriannya sendiri. Reformasi pajak, serta pemberantasan korupsi di internal Kementerian Keuangan, menjadi agenda utama. “Yang baik tak perlu takut. Yang miring-miring, silakan takut sekarang,” katanya tegas, mengirimkan pesan keras kepada jajaran birokrasi.

Ia juga bertekad mengikis kebiasaan lama birokrasi yang gemar menumpuk belanja di akhir tahun, dengan cara menyebar anggaran secara merata untuk menjaga stabilitas fiskal sepanjang tahun.

Khusus untuk sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Purbaya melayangkan kritik pedas terhadap pendekatan pemerintah sebelumnya yang dinilai terlalu lama bermain di level retorika. “Coba lihat, berapa program yang benar-benar konsisten membantu UMKM selama bertahun-tahun? Hampir tidak ada,” kritiknya.

Purbaya menggagas model baru, mencontoh sukses Korea Selatan, dengan membangun ekosistem terintegrasi: bank UMKM khusus, sistem penjaminan, hingga lembaga pemasaran yang terintegrasi semua untuk membantu UMKM naik kelas secara nyata.

Menutup perbincangan, Purbaya menegaskan bahwa kebijakan ekonomi bukan sekadar hitungan angka, melainkan keberanian melawan arus kebiasaan dan ketidakpopuleran. “Mabuk tepuk tangan bukan solusi. Kita butuh kerja keras dan arah yang jelas,” pungkasnya. Di tengah ketidakpastian global, Purbaya Yudi Sadewa memilih berdiri dengan prinsip sederhana: berani mengambil risiko demi kestabilan ekonomi nasional.

Penulis

Related Articles

Back to top button