Aktifkan notifikasi untuk dapat update setiap hari!

Lifestyle

Setelah 12 Jam, TikTok Kembali Beroperasi di Amerika Serikat

Wamanews.id, 20 Januari 2025 – TikTok baru saja mengalami drama besar di Amerika Serikat setelah dihentikan operasinya selama 12 jam. Pada Minggu, 19 Januari 2025, aplikasi populer tersebut sempat tidak dapat diakses oleh pengguna di AS, sebelum akhirnya kembali beroperasi pada siang hari waktu setempat. Namun, aplikasi ini masih belum tersedia di toko aplikasi Google Play Store dan Apple App Store.

Pemblokiran ini merupakan imbas dari pemberlakuan Undang-Undang “Protecting Americans from Foreign Adversary Controlled Application Act” yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden dan mulai berlaku pada hari yang sama. UU ini melarang aplikasi TikTok beroperasi di AS kecuali jika ByteDance, perusahaan induk TikTok, menjualnya ke entitas yang berbasis di AS.

TikTok bukan satu-satunya aplikasi yang terdampak oleh undang-undang ini. Aplikasi lain buatan ByteDance, seperti Lemon8, CapCut, dan Marvel Snap, juga turut menghilang dari toko aplikasi di AS. UU ini pada dasarnya melarang pengguna baru untuk mengunduh aplikasi-aplikasi tersebut. Namun, pengguna lama yang sudah menginstal aplikasi tetap dapat mengaksesnya.

Meski demikian, TikTok memilih langkah ekstrem dengan menyetop operasionalnya sepenuhnya. Saat pengguna mencoba membuka aplikasi atau situs TikTok selama penghentian, mereka hanya melihat pesan yang berbunyi:

“Maaf, TikTok tidak tersedia saat ini. Undang-undang yang melarang TikTok telah diberlakukan di AS. Itu berarti Anda tidak dapat menggunakan TikTok untuk saat ini.”

Setelah penghentian layanan yang berlangsung selama sekitar 12 jam, TikTok kembali beroperasi pada pukul 12 siang waktu setempat. Namun, aplikasi ini masih belum dapat ditemukan di toko aplikasi Android dan iOS, yang kemungkinan masih terkait dengan implementasi undang-undang baru tersebut.

Saat pengguna membuka aplikasi TikTok setelah pemulihan, mereka disambut dengan pesan “Welcome back” atau “Selamat datang kembali”. Dalam pernyataannya, TikTok mengaitkan kembalinya layanan mereka di AS dengan bantuan Presiden Donald Trump.

“Sebagai hasil dari upaya Presiden Trump, TikTok kembali hadir di AS!” demikian bunyi pesan tersebut.

Donald Trump, yang baru saja terpilih kembali sebagai presiden, sebelumnya telah menyatakan niatnya untuk menyelamatkan TikTok dari pemblokiran total. Dalam wawancara dengan NBCNews, Trump mengungkapkan bahwa ia berencana mengeluarkan Instruksi Presiden (Executive Order) untuk memberikan TikTok waktu 90 hari guna menyelesaikan kewajiban mereka, termasuk divestasi bisnisnya di AS.

Drama pemblokiran TikTok di AS sebenarnya bukan hal baru. Wacana ini pertama kali mencuat pada masa pemerintahan Donald Trump pada 2019. Saat itu, parlemen AS menuding TikTok mengancam keamanan nasional dengan alasan bahwa aplikasi tersebut berpotensi membahayakan privasi pengguna dan berfungsi sebagai alat mata-mata pemerintah China.

TikTok telah membantah tudingan ini melalui berbagai pernyataan resmi, menegaskan bahwa mereka tidak memiliki afiliasi dengan pemerintah China dan tetap menjaga privasi serta keamanan data pengguna. Meski begitu, kekhawatiran soal keamanan nasional terus menjadi topik hangat hingga akhirnya undang-undang baru tersebut disahkan pada masa pemerintahan Joe Biden.

Pemulihan operasional TikTok saat ini membawa angin segar bagi para penggunanya, tetapi tantangan masih jauh dari selesai. Jika TikTok tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh undang-undang baru, aplikasi ini berpotensi kembali menghadapi ancaman blokir.

Dengan dukungan Presiden Trump, TikTok diberi waktu tambahan untuk menyelesaikan masalah ini, namun langkah konkret seperti divestasi bisnisnya di AS harus segera dilakukan. Para pengguna TikTok di AS kini menanti keputusan lebih lanjut yang akan menentukan masa depan aplikasi ini di negara tersebut.

TikTok, sebagai salah satu platform media sosial terbesar di dunia, menghadapi salah satu tantangan terbesarnya di pasar AS. Apakah TikTok akan berhasil memenuhi persyaratan hukum dan bertahan, atau justru terpaksa menyerahkan operasinya ke tangan perusahaan lokal, masih menjadi tanda tanya besar.

Penulis

Related Articles

Back to top button