Psikoterapis Ungkap Kunci Atasi Tantrum: Validasi Emosi Anak Hingga Bangun Kontrol Diri dengan 3 Langkah Ini

Wamanews.id, 27 Oktober 2025 – Tantrum, sebagai ledakan emosi yang kerap dialami anak-anak, seringkali menjadi momen menantang bagi orang tua. Namun, Psikoterapis dr. Dono Baswardono memberikan perspektif baru dan solusi praktis melalui tiga tips efektif yang dibagikannya di akun media sosial Threads pribadinya.
Panduan ini menyoroti pentingnya validasi emosi dan pengembangan kontrol diri pada anak, khususnya bagi orang tua balita hingga anak-anak.
Tantrum adalah ekspresi frustrasi atau kemarahan anak yang belum memiliki kemampuan lengkap untuk mengelola atau mengomunikasikan emosi kompleks mereka.
dr. Dono menekankan bahwa respons orang tua dalam situasi ini sangat krusial dalam membentuk cara anak belajar menghadapi emosinya di kemudian hari.
Berikut adalah tiga tips kunci dari dr. Dono Baswardono untuk menghadapi tantrum anak:
1. Validasi Emosi Anak: Langkah Awal Membangun Pemahaman Diri
Langkah pertama dr. Dono adalah mengajarkan orang tua untuk menerima dan mengakui emosi yang sedang dirasakan anak. Ini bukan berarti menyetujui perilaku tantrumnya, melainkan memvalidasi perasaan di balik perilaku tersebut.
“Cara menghadapi anak tantrum. Pertama, terima & akui emosi anak: ‘Mama lihat kamu sedih ketika waktu bermain iPad sudah berakhir. Boleh kok merasa sedih; itu wajar.’” tulisnya, dikutip Senin (27/10/2025).
Pendekatan ini sangat penting karena membantu anak memahami bahwa emosi adalah bagian normal dari pengalaman manusia. Dengan memberi nama pada emosi yang dirasakan anak, orang tua membantu mereka mengembangkan kosakata emosional dan belajar mengidentifikasi perasaannya sendiri.
Validasi ini mengurangi perasaan kesepian atau kebingungan yang seringkali menyertai ledakan emosi anak.
2. Penegakan Batasan: Pondasi Kontrol Diri
Setelah emosi anak divalidasi, langkah berikutnya adalah menegakkan batasan dengan jelas dan konsisten. Ini mengajarkan anak tentang struktur dan konsekuensi, yang merupakan pondasi penting untuk mengembangkan kontrol diri.
dr. Dono menjelaskan, “Tegakkan batasan: ‘Waktunya mengucapkan selamat berpisah ke iPad. Kita akan berjumpa lagi besok.’” Penegakan batasan bukan tentang menghukum, melainkan membimbing.
Dengan menetapkan batasan yang masuk akal dan menjalankannya secara konsisten, anak belajar bahwa meskipun mereka bebas merasakan emosi, ada aturan dan harapan perilaku yang harus dipatuhi.
Ini membantu mereka memahami konsep sebab-akibat dan menunda kepuasan, keterampilan penting untuk perkembangan sosial-emosional.
3. Pengalihan Positif: Menggeser Fokus dari Konflik ke Konstruktif
Tips ketiga adalah mengalihkan anak ke aktivitas positif lain. Setelah emosi diakui dan batasan ditegakkan, mengalihkan perhatian anak dapat membantu memutus siklus tantrum dan mengarahkan energi mereka ke hal yang lebih produktif.
“Memindahkan anak untuk aktivitas positif lain: ‘Kita akan bermain di halaman. Kamu ingin main pasir dulu atau perosotan? Kamu yang memilih!’” jelasnya.
Memberikan pilihan, meskipun terbatas, mengembalikan rasa kendali kepada anak, yang seringkali hilang saat tantrum.
Ini membantu mereka memproses transisi dari situasi yang memicu emosi negatif ke kegiatan yang lebih menyenangkan, sehingga dapat menenangkan diri dan berpartisipasi dalam interaksi yang lebih positif.
Melalui ketiga tips ini, dr. Dono Baswardono memberikan kerangka kerja yang kuat bagi orang tua untuk tidak hanya mengatasi tantrum sesaat, tetapi juga untuk secara fundamental membantu anak memahami dan mengelola emosi mereka, serta membangun pondasi kontrol diri yang kokoh untuk masa depan.





