Tragedi Raya, Bocah 4 Tahun di Sukabumi Tewas Cacingan Akut

Wamanews.id, 22 Agustus 2025 – Sebuah kisah pilu yang mengguncang hati datang dari Sukabumi, Jawa Barat. Raya (4), seorang bocah perempuan, meninggal dunia akibat cacingan akut. Kematian tragis ini bukan hanya sekadar kasus medis, melainkan cerminan pahit dari kegagalan sistem administrasi dan sosial dalam melindungi warganya yang paling rentan.
Raya dan kakaknya, Risna (6), adalah anak dari pasangan Udin (32) dan Endah (38), yang keduanya merupakan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Keluarga ini tinggal di sebuah rumah panggung yang sangat sederhana di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan. Di bawah rumah panggung tersebut, terdapat kandang ayam yang penuh dengan kotoran, yang diduga menjadi sumber utama infeksi cacing yang dialami Raya.
Kondisi pilu Raya ditemukan oleh tim pegiat sosial dari akun @rumah_teduh_sahabat_iinpada 13 Juli 2025. Saat ditemukan, Raya sudah dalam kondisi tidak sadar. Tim segera membawanya ke RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi.
Ibunya, yang tidak stabil secara mental, hanya bisa menjawab tidak ada uang ketika ditanya mengapa tidak segera membawa Raya ke rumah sakit.
Perjuangan untuk menyelamatkan Raya pun menghadapi hambatan yang luar biasa. Tim Iin mencoba meminta bantuan dari berbagai pihak, namun hasilnya nihil.
Mereka dioper-oper dari Dinas Sosial (Dinsos) Kota Sukabumi, Dinsos Kabupaten Sukabumi, Dinas Kesehatan Sukabumi, hingga sebuah lembaga zakat besar. Sayangnya, tidak ada satu pun yang bisa memberikan pertolongan biaya.
Puncak dari kengerian ini adalah saat cacing gelang sepanjang 15 cm ditarik keluar dari hidung Raya. Cacing itu masih hidup, sebuah pemandangan yang menunjukkan betapa parahnya kondisi yang diderita Raya. Tidak hanya itu, ratusan cacing juga keluar dari kemaluan dan anus Raya, sebagian besar masih hidup. Dari hasil pemeriksaan, total cacing yang dikeluarkan dari tubuhnya diperkirakan mencapai berat 1 kg.
Hasil CT Scan menunjukkan kondisi yang lebih mengerikan: cacing dan telurnya sudah menyebar hingga ke bagian otak Raya. Menurut dokter, infeksi cacing yang menyebar ke otak sangat tidak biasa dan seharusnya sudah terdeteksi jauh sebelumnya.
Hal ini kemungkinan terjadi karena telur cacing yang termakan secara tidak sengaja, kemudian menetas di usus, dan larvanya menyebar melalui aliran darah ke organ-organ vital, termasuk otak.
Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi, membenarkan bahwa kedua orang tua Raya, Udin dan Endah, adalah ODGJ dan menikah di bawah tangan. Karena kondisi mentalnya, Udin seringkali kabur saat melihat banyak orang, sehingga proses pembuatan administrasi kependudukan (adminduk) seperti Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) menjadi terkendala. Tanpa adminduk ini, BPJS tidak bisa diaktifkan, dan biaya perawatan di rumah sakit menjadi tanggungan tim relawan.
“KK keluarga tersebut itu terbit pada Selasa siang (16/7/2025), setelah Raya sudah masuk rumah sakit,” kata Wardi. Kondisi ini membuat aktivasi BPJS gagal karena sudah melewati batas waktu 3×24 jam. Pada akhirnya, biaya perawatan sebesar Rp23 juta harus dibayar tunai oleh tim Rumah Teduh. Meskipun rumah sakit memberikan keringanan, tragedi ini tetap menyisakan pertanyaan besar: mengapa sebuah keluarga harus melewati penderitaan sebesar ini hanya karena kesulitan administrasi?
Kematian Raya adalah sebuah peringatan keras bagi kita semua bahwa masalah sosial dan kesehatan tidak bisa diselesaikan secara parsial. Ia adalah korban dari kegagalan sistem yang seharusnya melindungi, bukan menghalangi.







