Aktifkan notifikasi untuk dapat update setiap hari!

Lifestyle

Kenali Nature Bathing, Tren Detoks Digital ala Gen Z untuk Ketenangan Batin

Wamanews.id, 4 Juli 2025 – Di tengah gempuran informasi dan derasnya banjir notifikasi digital yang seolah tak ada habisnya, terutama bagi generasi muda yang hidup berdampingan dengan teknologi, muncul sebuah tren baru yang menawarkan oasis ketenangan: Nature Bathing. 

Ini bukan sekadar piknik atau liburan biasa di alam, melainkan sebuah praktik sadar yang mengajak individu untuk benar-benar hadir, hening, dan terhubung dengan lingkungan alami, jauh dari layar digital dan segala bentuk distraksi modern.

Fenomena ini semakin populer, khususnya di kalangan masyarakat perkotaan yang kerap dilanda kelelahan akibat rutinitas padat dan ketergantungan pada dunia digital. 

Melansir laporan tren terbaru dari platform pencarian visual dan dikutip dari Times of India, terlihat peningkatan signifikan jumlah orang yang mencari cara untuk melakukan detoks digital. Alam dan buku-buku yang menenangkan kini menjadi pelarian favorit mereka, menunjukkan pergeseran kebutuhan akan ketenangan batin.

Nature bathing atau sering juga disebut forest bathing ini berakar dari konsep Jepang bernama Shinrin-yoku. Secara harfiah, Shinrin-yoku berarti “mandi hutan”, yaitu praktik meluangkan waktu secara tenang di lingkungan alami seperti taman, hutan, atau kebun. Penting untuk digarisbawahi, tujuan dari nature bathing bukanlah untuk berolahraga atau mencapai tujuan fisik tertentu, melainkan untuk melambat, mengaktifkan seluruh panca indra, dan menikmati setiap momen yang terjadi di alam.

Data pencarian visual secara jelas menunjukkan meningkatnya minat ini: pencarian terkait “relaksasi di alam” naik 32%, “retret alam” melonjak 72%, “pemandangan alam yang indah” meningkat tajam 207%, bahkan pencarian “hutan dengan air” pun naik 174%. Semua angka ini menjadi bukti konkret betapa generasi muda semakin tertarik pada pengalaman alam yang tenang dan menyegarkan sebagai penawar kepenatan hidup.

Salah satu kisah nyata datang dari Sayli Zantye, seorang arsitek muda asal Mumbai, yang sempat merasa kewalahan dengan notifikasi tiada henti dan rutinitas yang membosankan. Meskipun ia sempat mencoba yoga, Sayli menemukan kedamaian yang jauh lebih dalam dan memuaskan melalui praktik nature bathing.

“Saya duduk diam, mengamati sekitar, kadang menggambar apa yang saya lihat. Rasanya bukan cuma menenangkan, tapi juga menghubungkan saya dengan diri sendiri,” ungkap Sayli. 

Pengalamannya ini mencerminkan banyak individu yang kini menjadikan akhir pekan sebagai waktu rutin untuk mengisi ulang energi di alam.

Psikolog klinis Dr. Maitri Thakker menambahkan perspektif ilmiah terkait manfaat nature bathing

Menurutnya, suasana alami mulai dari udara segar, suara-suara alam seperti kicauan burung atau gemericik air, hingga cahaya matahari lembut yang menembus dedaunan secara alami dapat menenangkan sistem saraf manusia. “Ini membantu menurunkan hormon stres seperti kortisol, memperbaiki suasana hati, dan mendorong kesadaran yang lebih mendalam,” jelasnya.

Dr. Thakker juga menekankan bahwa meskipun waktu tanpa perangkat di rumah sudah bermanfaat, alam menawarkan tingkat pemulihan sensorik dan emosional yang jauh lebih kuat. “Itu bisa membuat kita merasa benar-benar segar dan lebih membumi,” imbuhnya, menandakan perbedaan signifikan antara beristirahat di dalam ruangan dan terhubung langsung dengan alam.

Tertarik merasakan manfaat detoks digital ala nature bathing? Anda bisa memulainya dengan langkah-langkah sederhana berikut:

  1. Mulai dari yang Dekat: Tidak perlu langsung pergi ke hutan belantara. Mulailah dengan berjalan pagi di taman kota terdekat, halaman rumah, atau ruang hijau di sekitar lingkungan Anda.
  2. Tinggalkan Layar: Ini kunci utamanya. Bawa ponsel hanya untuk keadaan darurat, dan simpan dalam tas. Hindari godaan untuk mengecek notifikasi atau berselancar di media sosial.
  3. Aktifkan Indra Anda: Fokuslah pada sensasi. Dengarkan suara burung, rasakan hembusan angin di kulit, cium aroma tanah atau bunga, dan lihatlah warna-warna serta bentuk di sekitar Anda.
  4. Perhatikan Detail Kecil: Luangkan waktu untuk mengamati hal-hal kecil yang sering terlewatkan: bagaimana daun bergoyang lembut, gemericik air mengalir, atau perubahan cahaya matahari.
  5. Durasi Singkat Dulu: Jangan langsung memaksakan diri. Mulai dari 10-15 menit, dan secara perlahan tingkatkan durasinya seiring Anda merasa lebih nyaman.
  6. Fokus pada Keheningan, Bukan Jarak: Ingat, tujuan utamanya adalah kualitas kehadiranAnda di alam, bukan seberapa jauh atau “liar” lokasi alamnya. Taman kota pun sudah lebih dari cukup.

Detoks digital dengan nature bathing bukan berarti berhenti total dari teknologi, melainkan tentang menciptakan jeda-jeda kecil yang disengaja. Para ahli menyarankan, satu hari penuh tanpa perangkat setiap minggu, terutama saat akhir pekan atau waktu bersama keluarga, bisa sangat membantu menyeimbangkan emosi. 

Untuk reset mental yang lebih mendalam, cuti digital selama beberapa hari setiap beberapa bulan, khususnya di lingkungan alami, bisa menjadi “tombol reset” yang ampuh.

Di era serba layar ini, ternyata kesederhanaan diam di alam bukan cuma menyegarkan, tapi telah menjadi kebutuhan esensial. Jalan kaki santai, menghirup udara segar, atau menulis jurnal di taman bisa menjadi metode ampuh bagi generasi muda untuk memperlambat ritme hidup, terhubung kembali dengan diri sendiri, dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan dunia di sekelilingnya. Jadi, kapan Anda akan mencoba nature bathing?

Penulis

Related Articles

Back to top button