Aktifkan notifikasi untuk dapat update setiap hari!

Lifestyle

Mengintip Potensi Terapi Daun Salam untuk Diabetes, Kanker, hingga Fungsi Otak

Wamanews.id, 2 Juli 2025 – Daun salam, dengan aroma khasnya yang seringkali melengkapi cita rasa masakan nusantara, adalah rempah yang berasal dari pohon bay laurel di wilayah Mediterania. Selain perannya yang tak tergantikan di dapur, minat ilmiah terhadap daun ini terus meningkat. 

Berbagai penelitian terkini mulai menggali lebih dalam potensi daun salam (Laurus nobilis) sebagai agen terapi untuk beragam kondisi kesehatan, berkat kandungan antioksidan, mineral, dan seratnya yang melimpah.

Secara tradisional, daun salam telah lama digunakan sebagai obat rumahan untuk mengatasi berbagai keluhan, mulai dari masalah pencernaan, masuk angin, hingga migrain, biasanya dalam bentuk air rebusan atau teh. Bahkan minyak esensialnya dimanfaatkan dalam aromaterapi untuk membantu kondisi pernapasan. Namun, sejauh mana klaim-klaim ini didukung oleh bukti ilmiah yang kuat?

Melansir dari WebMD, meskipun dalam jumlah kecil, daun salam yang dihancurkan mengandung vitamin A, vitamin C, zat besi, dan mangan, yang semuanya merupakan nutrisi penting untuk fungsi tubuh secara umum, termasuk sistem kekebalan tubuh dan metabolisme.

Berbagai temuan awal dari penelitian laboratorium dan hewan telah membuka wawasan baru tentang potensi daun salam sebagai agen terapeutik. 

Berikut adalah beberapa area yang sedang dieksplorasi secara ilmiah:

1. Prospek sebagai Antikanker: Studi Awal Menjanjikan, Uji Klinis Masih Nihil 

Beberapa penelitian menarik telah menunjukkan bahwa senyawa dalam daun salam mungkin memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Sebuah studi laboratorium pada tahun 2023, misalnya, menemukan bahwa minyak yang diekstraksi dari Laurus nobilismampu menghambat pembentukan kanker hati dalam model 3D yang dirancang menyerupai tumor manusia. Demikian pula, studi tahun 2022 menunjukkan bahwa nanopartikel yang mengandung minyak daun salam dapat menghambat jalur pertumbuhan sel kanker melalui uji laboratorium. Namun, penting untuk dicatat: Studi-studi ini belum menggunakan daun salam secara langsung dan tidak ada uji klinis pada manusia yang mendukung klaim ini. Bahkan, studi lain pada kanker yang terkait infeksi HPV menunjukkan bahwa ekstrak daun salam tidak berhasil menghentikan pertumbuhan sel kanker. Oleh karena itu, klaim ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut pada manusia.

2. Peran dalam Pengelolaan Diabetes: Dari Sel Hati hingga Tikus 

Potensi daun salam dalam membantu pengelolaan diabetes juga sedang diteliti. Beberapa studi awal menunjukkan bahwa ekstrak dari daun ini mungkin berperan dalam mengatasi resistensi insulin dan kadar gula darah tinggi. Sebuah studi laboratorium tahun 2021 menemukan bahwa ekstrak daun salam membantu melindungi sel hati dari stres oksidatif, yang sering dikaitkan dengan komplikasi diabetes. Penelitian pada tikus juga memperlihatkan bahwa ekstrak ini berpotensi menurunkan kadar glukosa darah. Sayangnya:Meskipun hasil ini menjanjikan, belum ada studi klinis yang menguji efek tersebut secara langsung pada penderita diabetes manusia.

3. Mempercepat Penyembuhan Luka: Bukti dari Hewan dan Kombinasi 

Dalam penelitian terdahulu pada tikus, daun salam terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka. Studi terbaru di tahun 2022 menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak daun salam dan kitosan memiliki efek antibakteri yang signifikan, yang berpotensi membantu mencegah infeksi pada luka jahitan. Meskipun demikian: Studi tersebut tidak menguji daun salam secara terpisah, dan belum ada bukti klinis yang mendukung manfaat ini secara langsung pada manusia.

4. Mengatasi Batu Ginjal: Peran Senyawa Quercetin 

Enzim urease yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan memicu pembentukan batu ginjal. Studi pada tahun 2021 yang melibatkan 40 ekstrak tanaman menunjukkan bahwa ekstrak daun salam menjadi yang paling efektif dalam menghambat enzim urease, berkat kandungan senyawa aktif quercetinNamun: Semua penelitian ini masih dilakukan dalam skala laboratorium, sehingga belum bisa dipastikan manfaatnya secara klinis pada manusia.

5. Dampak pada Fungsi Kognitif: Aroma dan Kesehatan Otak Tikus 

Aspek menarik lainnya adalah potensi daun salam terhadap fungsi kognitif. Penelitian pada tikus tahun 2021 menunjukkan bahwa menghirup asap daun salam selama 5 menit per hari selama 22 hari dapat mengurangi gangguan kognitif dan stres oksidatif. Penelitian lanjutan pada tahun 2024 juga menunjukkan bahwa minyak Laurus nobilis dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada otak tikus. Penting untuk dicatat: Meskipun ini adalah temuan menarik pada hewan, belum ada bukti ilmiah yang kuat bahwa efek serupa terjadi pada manusia.

Meskipun sejumlah penelitian menunjukkan potensi manfaat daun salam (dafnah) untuk berbagai kondisi kesehatan, mulai dari kanker, diabetes, luka, batu ginjal, hingga fungsi otak, sebagian besar temuan ini masih terbatas pada studi laboratorium dan hewan. Belum ada bukti kuat dari uji klinis berskala besar pada manusia yang secara definitif mendukung penggunaan daun salam sebagai terapi medis tunggal.

Untuk saat ini, daun salam tetap merupakan bahan dapur yang sangat berguna, memberikan aroma dan rasa yang unik pada masakan. Kandungan nutrisinya, seperti vitamin A, vitamin C, zat besi, dan mangan, tetap mendukung kesehatan secara keseluruhan bila digunakan dalam jumlah wajar dalam kuliner sehari-hari. Selalu disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum menggunakan daun salam atau ramuan herbal lainnya sebagai pengobatan untuk kondisi medis tertentu.

Penulis

Related Articles

Back to top button