Jajanan ‘Alami’ Favorit Bocah Ini Ternyata Banjir Mikroplastik

Wamanews.id, 11 April 2025 – Kebiasaan mengunyah permen karet, yang sering dianggap sebagai aktivitas ringan dan bahkan menyegarkan, ternyata menyimpan potensi risiko yang tak terduga. Sebuah studi inovatif dari para peneliti di University of California, Los Angeles (UCLA) baru-baru ini mengungkap bahwa mengunyah permen karet, termasuk varian yang dipasarkan dengan label “alami”, dapat melepaskan ratusan hingga ribuan partikel mikroplastik ke dalam tubuh manusia. Temuan ini dipresentasikan dalam pertemuan bergengsi American Chemical Society 2025 yang berlangsung di San Diego.
Sanjay Mohanty, seorang Associate Professor di bidang teknik sipil dan lingkungan di UCLA, menyoroti betapa omnipresent-nya keberadaan mikroplastik dalam kehidupan modern. “Kita dikelilingi oleh produk plastik dalam rutinitas harian kita, mulai dari kemasan minuman hingga peralatan makan,” katanya, dikutip oleh Fox News Digital pada Kamis (10/4/2025). “Seiring berjalannya waktu dan proses degradasi, plastik-plastik ini akan terfragmentasi menjadi partikel-partikel mikroskopis yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Inilah yang kita kenal sebagai mikroplastik,” jelasnya lebih lanjut.
Untuk mengungkap potensi bahaya tersembunyi dalam permen karet, tim peneliti UCLA melakukan pengujian komparatif terhadap sepuluh merek permen karet yang berbeda. Separuh dari merek yang diuji berbahan dasar sintetis, sementara separuh lainnya mengklaim menggunakan bahan-bahan alami. Identitas merek-merek tersebut tidak dipublikasikan dalam laporan studi. Komposisi permen karet umumnya melibatkan campuran bahan dasar karet yang memberikan tekstur kenyal, berbagai jenis perasa untuk memberikan cita rasa, serta pemanis untuk meningkatkan daya tarik.
Lisa Lowe, mahasiswa pascasarjana di UCLA yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa permen karet alami seringkali menggunakan polimer yang berasal dari tumbuhan, yang dipandang sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan. Namun, hasil penelitian justru menunjukkan bahwa klaim “alami” tidak menjamin bebas dari pelepasan mikroplastik.
“Temuan yang paling mengejutkan bagi kami adalah bahwa baik permen karet yang terbuat dari bahan sintetis maupun yang berlabel alami sama-sama berkontribusi pada pelepasan sejumlah besar partikel mikroplastik saat dikunyah oleh manusia,” ungkap Lisa Lowe dengan nada terkejut.
Analisis kimia lebih lanjut mengidentifikasi bahwa kedua jenis permen karet tersebut mengandung jenis polimer yang serupa, termasuk poliolefin, polietilena tereftalat (PET), poliakrilamida, dan polistirena. Sanjay Mohanty berhipotesis bahwa kontaminasi mikroplastik ini kemungkinan terjadi selama proses pengemasan produk atau bahkan pada tahap awal pengolahan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan permen karet.
Dalam eksperimen yang dirancang dengan cermat, para peserta penelitian diminta untuk mengunyah tujuh potong permen dari setiap merek yang diuji secara berurutan, dengan durasi mengunyah selama empat menit untuk setiap potong. Sampel air liur yang dihasilkan kemudian dianalisis secara seksama untuk mengidentifikasi dan menghitung jumlah partikel mikroplastik yang terlepas. Hasilnya sangat mencengangkan, menunjukkan bahwa rata-rata sekitar 100 partikel mikroplastik dilepaskan untuk setiap gram permen karet yang dikunyah. Bahkan, beberapa merek permen karet menunjukkan pelepasan mikroplastik yang jauh lebih tinggi, mencapai hingga 600 partikel per gram.
“Jika kita mengasumsikan berat rata-rata satu potong permen karet, ini berarti bahwa setiap kali seseorang mengunyah permen karet, mereka berpotensi menelan antara 200 hingga 250 partikel mikroplastik,” jelas Mohanty, menggambarkan skala paparan yang mungkin terjadi pada konsumen permen karet.
Meskipun demikian, para ilmuwan masih bergulat dengan pertanyaan mendasar mengenai dampak jangka panjang paparan mikroplastik terhadap kesehatan manusia. “Kita memiliki pemahaman yang kuat tentang bahaya paparan asbes yang dapat menyebabkan kanker, namun efek spesifik dari paparan mikroplastik dalam tubuh manusia masih merupakan area penelitian yang aktif dan memerlukan studi lebih lanjut untuk mendapatkan jawaban yang komprehensif,” kata Mohanty.
Para peneliti UCLA mengakui bahwa bukti ilmiah saat ini menunjukkan adanya akumulasi mikroplastik dalam berbagai organ dan jaringan tubuh manusia. Namun, konsekuensi pasti dari akumulasi ini terhadap fungsi biologis dan risiko penyakit masih belum sepenuhnya dipahami.
Menanggapi temuan yang berpotensi meresahkan ini, National Confectioners Association (NCA) mengeluarkan pernyataan yang menekankan komitmen industri makanan manis terhadap keamanan pangan. “Penulis studi ini sendiri telah menyatakan bahwa temuan ini tidak seharusnya menjadi sumber kepanikan. Permen karet telah memiliki sejarah panjang sebagai produk yang aman untuk dikonsumsi selama lebih dari satu abad,” kata juru bicara NCA, mencoba menenangkan kekhawatiran masyarakat. Terlepas dari pernyataan industri, studi UCLA ini memberikan perspektif baru yang menyoroti perlunya penelitian yang lebih mendalam mengenai potensi risiko kesehatan yang terkait dengan paparan mikroplastik dari sumber-sumber yang mungkin tidak terduga dalam kehidupan sehari-hari.