Data Mengejutkan HIV Di Indonesia: Ribuan IRT Positif Tiap Tahun, Suami Jadi Sumber Utama Penularan

Wamanews.id, 16 Juli 2025 – Realitas penyebaran HIV/AIDS di Indonesia terus menunjukkan tantangan serius, terutama dengan data terbaru yang menyoroti peningkatan kasus pada kelompok yang seringkali dianggap ‘tidak berisiko’: ibu rumah tangga (IRT). Pakar terkemuka, Profesor Zubairi Djoerban, melalui cuitan di platform media sosial X pada Selasa (15/7/2025), membeberkan statistik yang patut menjadi perhatian bersama.
Profesor Zubairi mengungkapkan bahwa setiap tahun, terdapat sekitar 5.100 ibu rumah tangga baru yang didiagnosis positif HIV berdasarkan data tahun 2023. Yang lebih mengejutkan dan memprihatinkan, sekitar 33 persen dari kasus baru ini terbukti tertular dari suami mereka sendiri yang memiliki perilaku seksual berisiko tinggi.
“Di Indonesia, tiap tahun ada sekitar 5.100 ibu rumah tangga baru positif HIV (data 2023),” tulis Prof. Zubairi. Ia menambahkan, “Ironisnya sekitar 33% tertular dari suami mereka yang punya perilaku seksual berisiko.” Data ini menjadi alarm penting bahwa penyebaran HIV tidak hanya terbatas pada kelompok populasi kunci, tetapi telah merambah ke dalam rumah tangga.
Lebih lanjut, Profesor Zubairi Djoerban menyoroti adanya hambatan signifikan dalam upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PMTCT). Ia mengungkapkan bahwa hanya sekitar 55 persen ibu hamil yang mendapatkan izin atau persetujuan dari suami mereka untuk menjalani tes HIV.
“Dan hanya sekitar 55% ibu hamil yang diizinkan suaminya untuk tes HIV,” sebutnya. Padahal, tes HIV pada ibu hamil adalah langkah fundamental yang dapat menyelamatkan dua nyawa sekaligus: ibu dan anak.
“Padahal tes awal bisa menyelamatkan nyawa mereka dan anaknya,” tegas Prof. Zubairi. Deteksi dini memungkinkan pemberian terapi antiretroviral (ARV) yang efektif untuk mencegah penularan vertikal dan menjaga kesehatan ibu.
Estimasi jumlah Orang dengan HIV (ODHIV) di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 564.000 pada tahun 2025. Angka ini menempatkan Indonesia pada posisi yang kurang menguntungkan, yaitu peringkat ke-14 dunia untuk jumlah ODHIV dan peringkat ke-9 untuk infeksi baru HIV. Ini menunjukkan beban epidemi yang signifikan di tingkat nasional.
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per Maret 2025, mencatat 356.638 ODHIV telah teridentifikasi. Dari jumlah tersebut, sekitar 63% telah mengetahui status HIV mereka, 67% sedang menjalani terapi ARV, dan 55% telah mencapai viral suppression (kondisi di mana virus tidak terdeteksi dan risiko penularan sangat rendah).
Meskipun ada capaian dalam pengobatan, masih ada pekerjaan besar untuk mencapai target 95-95-95 (95% tahu status, 95% terapi, 95% supresi viral).
Secara geografis, pola penyebaran HIV menunjukkan konsentrasi tinggi. Sebanyak 76% kasus HIV terkonsentrasi di 11 provinsi prioritas, meliputi DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Bali, Papua, Papua Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, dan Kepulauan Riau. Hal ini mengindikasikan perlunya intervensi yang lebih terfokus di wilayah-wilayah ini.
Profesor Zubairi juga merinci distribusi kasus berdasarkan kelompok populasi. Kelompok populasi kunci seperti LSL (laki-laki seks dengan laki-laki), transpuan, pekerja seks, dan pengidap narkoba suntik menyumbang sekitar 37% dari ODHIV yang teridentifikasi. Namun, yang perlu diwaspadai adalah fakta bahwa 36,7% kasus berasal dari populasi umum, dengan sisanya dari kelompok rentan/pasangan/populasi khusus.
Fenomena ini semakin jelas terlihat di beberapa wilayah, khususnya di Papua, di mana kasus HIV telah menyebar secara luas ke populasi umum dengan prevalensi mencapai 2,3%. Ini menegaskan bahwa HIV bukan lagi isu marginal, melainkan ancaman kesehatan yang meluas di masyarakat.
Data lain yang tak kalah mengkhawatirkan adalah peningkatan kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) lainnya. Hingga Maret 2025, tercatat 2.700 remaja usia 15–19 tahun hidup dengan HIV. Selain itu, kasus sifilis dan gonore juga menunjukkan tren kenaikan, terutama di usia muda. Data nasional mencatat 23.347 kasus sifilis dan 10.506 kasus gonore pada periode sebelumnya.
Situasi ini menuntut respons komprehensif dari pemerintah, komunitas, dan individu. Peningkatan edukasi seksualitas yang aman, akses tes HIV yang mudah dan rahasia, serta dukungan penuh bagi ODHIV dan keluarganya, adalah langkah vital untuk menekan laju epidemi ini.






