Pilkada Berdarah di Puncak Jaya! 2 Tewas, 215 Luka, Bentrok Balas Dendam Kian Mencekam

Wamanews.id, 7 Juni 2025 – Suasana politik di Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, kembali memanas. Bentrokan brutal antar pendukung dua pasangan calon (paslon) kepala daerah kembali terjadi, menyebabkan dua orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Aksi kekerasan ini merupakan lanjutan dari insiden sebelumnya yang diduga dilatari aksi balas dendam.
Kapolres Puncak Jaya, AKBP Achmad Fauzan, dalam keterangannya pada Jumat (6/6/2025), membenarkan insiden mengerikan tersebut. Menurutnya, bentrokan kembali pecah di kawasan depan SMP Negeri 1 Mulia pada Kamis pagi (5/6) sekitar pukul 08.30 WIT.
“Aksi saling serang antar massa pendukung telah memakan korban luka-luka sebanyak 215 orang dan 2 orang meninggal dunia,” ujar AKBP Fauzan.
Dua kelompok yang terlibat bentrok adalah pendukung dari paslon nomor urut 1, Yuni Wonda-Mus Kogoya dan paslon nomor urut 2, Miren Kogoya-Mendi Wonerengga. Insiden ini disebut sebagai lanjutan dari kericuhan sebelumnya yang terjadi pada Selasa (3/6/2025).
“Insiden ini dipicu rasa tidak terima dari korban-korban bentrokan sebelumnya. Ini semacam aksi balas dendam,” terang Kapolres.
Pada insiden sebelumnya, seorang ASN bernama Gum Enumbi (48) dari Dinas Dukcapil tewas dan langsung dikremasi di tempat oleh pihak keluarga. Dalam bentrok itu juga, pelajar berinisial PM (17) terkena panah di bagian tulang kering, serta ASN lainnya, David Enumbi (45), luka di bagian jempol kaki akibat panah.
Situasi yang terus memanas memaksa aparat gabungan TNI dan Polri turun langsung ke lapangan. Petugas dikerahkan untuk membubarkan massa dan mengamankan titik-titik rawan konflik.
Namun, pihak kepolisian mengingatkan bahwa kemungkinan kerusuhan susulan masih tinggi, terutama karena adanya dugaan provokasi dari pihak luar.
“Dimungkinkan adanya oknum maupun kelompok tertentu dari luar Kota Mulia yang sengaja memprovokasi untuk memecah belah dan menimbulkan konflik baru,” tegas AKBP Fauzan.
Warga diimbau tetap waspada dan menghindari aktivitas di area rawan bentrok. Aparat keamanan juga terus melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat, adat, dan agama untuk meredam konflik.
Kekerasan dalam kontestasi politik bukan kali pertama terjadi di wilayah Papua. Namun, angka korban dalam bentrokan kali ini tergolong besar, dan menjadi sorotan nasional. Banyak pihak mengecam aksi kekerasan yang mengorbankan nyawa hanya karena perbedaan pilihan politik.
Aktivis HAM dan pengamat politik lokal meminta agar KPU dan Bawaslu daerah segera turun tangan, memastikan proses demokrasi berjalan aman dan damai.
“Pilkada seharusnya menjadi pesta demokrasi, bukan medan pertempuran berdarah,” ujar seorang tokoh adat yang enggan disebutkan namanya.
Bentrok maut antar pendukung Pilkada Puncak Jaya menjadi pengingat kelam bahwa demokrasi yang tak dikawal dengan baik bisa berubah jadi tragedi. Aparat kini bersiaga, namun damai sejati hanya bisa hadir bila semua pihak, termasuk elite politik dan tokoh masyarakat, mengutamakan akal sehat dan persaudaraan.
Situasi di Puncak Jaya belum sepenuhnya aman. Warga diminta tetap waspada dan tidak mudah terprovokasi. Pilkada seharusnya menjadi ajang memilih pemimpin terbaik, bukan ladang pertumpahan darah.






